Pemerintahan
Batam Belajar Penanganan Konflik Sosial dan Pengawasan Orang Asing di Lamongan
Memontum Lamongan – Sebagai kabupaten yang berhasil meraih peringkat terbaik nasional dalam Pelaksanaan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial, Lamongan kini menjadi rujukan berbagai daerah untuk studi banding.
Salah satunya adalah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangkol) Kota Batam. Rombongan yang dipimpin Kepala Kesbangpol Kota Batam Yazid diterima Asisten Tata Praja M Nalikan bersama Kepala Kesbangpol Kabupaten Lamongan Sudjito di Ruang Bina Praja Pemkab Lamongan, kemarin. (30/10/2019).
Yazid mengungkapkan kedatangannya ke Kabupaten Lamongan dalam rangka membahas berbagai penanganan konflik sosial dan pengawasan orang asing.
“Terimakasih atas sambutan hangat dari Pemerintah Kabupaten Lamongan. Tujuan kami kemari pastinya ingin berdiskusi banyak hal. Diantaranya terkait penanganan konflik sosial dan pengawasan orang asing. Sebagaimana yang kita tahu, Kota Batam merupakan pintu masuk orang asing ke Indonesia,” ungkapnya.
Sudjito menjelaskan penghargaan yang disematkan kepada Lamongan tidak lain karena kerja keras yang dilakukan berbagai pihak dalam menangani kelompok-kelompok teroris. Kami bersama pemkab selalu melakukan koordinasi dengan pihak Polres, TNI dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
“Dulu Lamongan terkenal dengan embrionya para teroris. Namun sekarang Lamongan sudah tidak seperti itu lagi. Cara kami menangani kasus tersebut yakni dengan merangkul para eks teroris dan mantan kombatan turut andil dalam menjaga Lamongan,” ujarnya.
Sudjito juga memberi bocoran bahwa selama ini Lamongan memiliki trik jitu yakni “temu cepat, lapor cepat”. Sehingga masyarakat bisa langsung melaporkan jika mengetahui hal-hal yang mencurigakan disekitar mereka.
Terkait pengawasan untuk warga negara asing yang ada di Lamongan, Sudjito memaparkan bahwa selain bekerjasama dengan kantor imigrasi Jawa Timur. Lamongan juga membentuk tim koordinasi.
“Untuk mengontrol masuknya warga negara asing ke Lamongan, tim koordinasi kami selalu rutin melakukan komunikasi dua kali dalam setahun dengan kantor imigrasi di Tanjung Perak. Hingga tahun 2019 ini ada sejumlah 109 WNA yang masuk Lamongan, 30 diantaranya merupakan mahasiswa di UNISLA dan UNISDA sementara sisanya merupakan tenaga kerja asing,” imbuhnya. (aju/zen/yan)