Kabupaten Malang
Arteria Dahlan Kritik Keras Dua Pernyataan Kadiv Humas Polri Soal Miras dan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan
Memontum Malang – Anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, mengkritik keras pernyataan atau statement Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo, terkait dengan tragedi Stadion Kanjuruhan Kepanjen. Itu karena, pernyataan yang disampaikannya bisa dianggap memperkeruh keadaan dalam tragedi Kanjuruhan. Dimana dalam pernyataannya, Irjen Dedi mengatakan ada temuan dugaan puluhan botol minuman keras dan menyebutkan bahwa gas air mata tidak mematikan.
“Kami kritik Kadiv Humas Mabes Polri, agar jangan sekali-kali memperkeruh keadaan. Dia menyebutkan ada dua kekeliruan. Pertama, menyebut menemukan puluhan botol minuman keras. Kalau banyak miras di stadion, itu bukan salah suporter. Tapi, salah panitia pelaksana dan pengamanan, kok bisa miras masuk stadion. Suporter tidak bisa disalahkan,” ujarnya.
Politisi PDI-Perjuangan itu kemudian meneruskan, untuk kekeliruan kedua, yakni mengenai pernyataan Dedi yang terkesan terburu-buru dan tidak berdasarkan kajian matang. Karena, Mabes Polri melalui Dedi, mengatakan bahwa gas air mata tidak mematikan suporter dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu.
Baca juga :
- Kelanjutan Proyek WTP, Sekda Kota Malang Tegaskan Tunggu Persetujuan Lingkungan
- DPC PKB Trenggalek Kuatkan Konsolidasi Pemenangan Pilgub dan Pilbup 2024
- Pendapatan Pajak Kota Malang Triwulan III Lampaui Target, PBJT Mamin dan BPHTB di Angka Lebih 60 Persen
- Masa Kampanye Pilkada 2024 Bakal Jadi Perhatian Operasi Zebra Semeru
- Sekda Kota Malang Soroti Tingginya ASN Muda yang Tidak Lolos BI Checking di Pengajuan Kredit Perumahan
“Kemudian kedua, soal pernyataan gas air mata, yang tidak mematikan. Sebelum ada kajian, sebaiknya kita berhati-hati dan cermat melontarkan pendapat. Kami ini orang Malang dan tentunya, jangan sampai keadaan duka ini diperparah dengan narasi yang negatif,” terang Arteria.
Karenanya, Arteria meminta agar Mabes Polri, bisa membangun komunikasi yang baik. Karena, dirinya melihat upaya Polri di Jakarta dan Polri di daerah, cukup kontradiksi. Polisi di Malang, itu bersujud meminta ampunan atas tragedi ini. Sementara Mabes Polri, sibuk membela diri.
“Kami meminta, komunikasi publik yang dibangun. Yang di lokal Malang dan di Jatim, mencoba komunikasi yang baik. Bahkan, salah satu Kapolres (Kapolresta Malang Kota), Kombes Pol Budi Hermanto, sampai bersujud minta maaf. Sementara, yang pusat masih mengembangkan narasi yang kurang pas. Ini harus dibenahi,” terangnya. (sit)