Banyuwangi
Askab PSSI Banyuwangi Kerjamu Bagaimana?
Memontum Banyuwangi – Terkenanya Diskualifikasi cabang olahraga sepak bola karena tidak lengkap pemainnya, pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2019 di Lamongan beberapa waktu lalu, membuat warga Banyuwangi geram.
Warga geram, pasalnya Banyuwangi salah satu kabupaten yang banyak mencetak bibit-bibit muda pesepak bola nasional justru tidak bisa berbuat banyak di Porprov ini dan harus gigit jari pulang lebih awal.
Menyikapi hal ini, Ketua LSM Commbined Activist Banyuwangi (Combat) Hery Wijatmoko meminta kepada KONI Banyuwangi, Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Banyuwangi hingga bupati Banyuwangi untuk bertanggung jawab terkait persoalan ini.
“Ini menyangkut harkat dan harga diri Kabupaten Banyuwangi, masa kota sebesar ini sampai kekurangan materi pemain, benar-benar sangat memalukan,” ungkap Heri Wijatmoko, Minggu (7/7/2019) sore.
Hery menuding ketua Askab PSSI Banyuwangi tidak becus dalam menangani sepak bola di Banyuwangi. Padahal untuk mencetak bibit-bibit muda pesepak bola Pemerintah Kabupaten menggelontorkan dana yang tidak sedikit.
“Kalau ngomong Anggaran sangat pandai, tapi cara kerjanya tidak becus,” gerutu Ketua LSM Combat.
Menurutnya, prestasi yang jeblok ini, tidak sepadan saat rebutan jabatan ketua Askab PSSI Banyuwangi, para pengurus ini cumanya mampu teori, namun prakteknya nol besar.
“Ngurus administrasi pemain saja tidak mampu, beda saat rebutan jabatan dulu, kalau ngomong masalah bola, Banyuwangi ini gudangnya pemain muda, tapi apa faktanya, Cabor Sepak Bola Banyuwangi terkena Diskualifikasi, karena pemainnya kurang,” sindir Hery.
Sebagai warga Banyuwangi, lanjut Hery dirinya akan mendatangi DPRD Banyuwangi untuk mengajukan permohonan hearing, agar masyarakat Banyuwangi mendengar persoalan ini yang sesungguhnya.
“Saya ingin tahu, kira-kira KONI dan Askab PSSI ngomong apa saat hearing,” cetusnya.
Sementara, Ketua Askab PSSI Banyuwangi, Eko membantah kalau pihaknya tidak melakukan pembinaan pesepak bola muda.
Menurutnya, untuk mencari bibit-bibit muda pesepak bola Banyuwangi pihaknya tidak mendapatkan anggaran dari KONI Banyuwangi. Namun, para pemain hanya mendapat dana dari KONI Jawa Timur, perorangan Rp 100 ribu.
“Saya bersama tim, untuk mencari bibit-bibit muda pesepak bola Banyuwangi tidak pernah mendapat anggaran dari KONI Banyuwangi, kami cari sendiri. Tapi hanya mendapat bantuan dari KONI Jatim, setiap pemain diberi dana Rp 100 ribu,” dalih Eko saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Terkait Diskualifikasi Cabor Sepak Bola di ajang Porprov Jatim, Menurut Eko, ini akibat kesalahan KONI Banyuwangi, karena sebelumnya pihaknya sudah menyetorkan nama 23 pemain berikut segala administrasinya.
“Dari 23 nama yang kami setorkan ke KONI Banyuwangi tapi hanya 13 yang direkomendasi,” kata Eko.
Lanjut Eko, 13 nama pemain sepak bola yang direkomendasi oleh KONI Banyuwangi tersebut, ada beberapa nama pemain yang sudah gabung ke klub profesional, sehingga tidak diperkenankan ikut memperkuat tim sepak bola di kejuaraan Porprov ini.
“13 nama Yang didaftarkan KONI Banyuwangi pada Porprov itu, ada 5 pemain yang sudah masuk klub profesional, sehingga mereka tidak memperkuat tim Banyuwangi, masa saya harus menurunkan 9 pemain,” tandasnya. (tut/oso)