Bondowoso
Beri Sambutan Percepatan Penurunan Stunting, Dandim Bondowoso Tekankan Kolaborasi dengan Babinsa
Memontum Bondowoso – Dinas Sosial dan KP3 Kabupaten Bondowoso mengadakan internalisasi pengasuhan Balita untuk mempercepat penurunan Stunting di tengah-tengah masyarakat di Aula Jenderal Sudirman Makodim 0822 Jl Letnan Sutarman, Bondowoso, Rabu (12/10/2022). Hadir langsung dalam kegiatan ini, Dandim 0822/Bondowoso, Letkol Arm Suhendra Chipta, BKKBN Provinsi Jatim, Juni dan Kabid P3 KB Bondowoso, dr Untung serta Kader KB se Kabupaten Bondowoso.
Dalam sambutannya, Dandim Suhendra Chipta, mengatakan bahwa TNI bersama BKKBN pusat sudah menyepakati yang di back up Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk berusaha mengatasi masalah stunting di masyarakat. “Saya minta kepada instansi terkait untuk selalu bekerja sama dan bahu membahu dengan seluruh Babinsa di lapangan membantu kelancaran tugas dalam upaya penurunan angka stunting di masyarakat,” ujarnya.
Baca juga :
- BPKAD Jombang Gelar Rakor Tindak Lanjut MCP KPK Pengelolaan Barang Daerah
- Mbak Cicha Dipercaya Jadi Ketua Dewan Kehormatan PMI Kabupaten Kediri
- Trenggalek Raih Predikat sebagai Kabupaten yang Sukses Capai Target 0 Kemiskinan Ekstrem
- Gelar Paripurna Penyampaian LKPJ Anggaran 2023, Ketua DPRD Situbondo Sebut Telah Sesuai Ketentuan
- Pansus LKPj DPRD Trenggalek Gelar Rapat Kerja bersama TAPD
Mencegah stunting, lanjutnya, harus dilakukan sejak 1000 hari pertama kelahiran anak. Itu artinya, sudah harus memperhatikan kecukupan gizi sejak awal kehamilan. Ibu bayi harus mengerti tentang cara pemberian ASI yang benar, agar anak tidak mengalami kekurangan gizi. Berikan MP-ASI yang benar untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Saat ini penderita stunting di Kabupaten Bondowoso masih terbilang cukup tinggi, 37 persen. Namun pada tahun 2024 harus turun 21 persen, sesuai target dari Pemerintah Provinsi Jatim.
Wabup Bondowoso, Irwan Bahtiar Rahmat, meminta kepada seluruh OPD, mulai dari tingkat Kabupaten hingga desa, harus serius menangani kasus stunting. Utamanya di kecamatan yang angka stuntingnya masih tinggi. “Harus jelas apa penyebabnya, siapa korbannya dan bagaimana output dalam menangani kasus stunting tersebut,” imbaunya. (zen/gie)