Banyuwangi

Bunga Desa di Sumberbaru, Bupati Banyuwangi Kunjungi dan Beri Apresiasi Pertanian Organik Petani

Diterbitkan

-

APRESIASI: Bupati Banyuwangi saat Bunga Desa dan mengunjungi pertanian organik. (pemkab for memontum)

Memontum Banyuwangi – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengapresiasi pertanian organik yang dilakukan para petani di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh. Hal ini disampaikan, saat melaksanakan Program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Sumberbaru.

Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk bahkan menyempatkan diri mengunjungi lahan pertanian organik milik para petani. “Telah terbukti, yang organik kini sangat diminati. Secara ekonomi,.juga lebih menjanjikan. Karena itu, kami terus mendorong para petani menerapkan sistem pertanian terintegrasi,” kata Bupati Ipuk, Jumat (14/06/2024) tadi.

Salah satu pengusaha beras organik Banyuwangi, Ahmed Tessario, menjelaskan bahwa dirinya awalnya menggandeng 16 petani untuk menggarap lahan seluas 1,6 hektare. Seiring dengan perkembangan dan permintaan pasar organik yang tinggi, petani yang menjadi mitranya saat ini menjadi 1.500 orang.

Luas tanam juga terus bertambah. Dari yang awalnya 1,6 hektar kini menjadi 500 hektar. Dari luas lahan 500 hektar itu, dirinya mengaku mampu memproduksi beras organik sebanyak 70 hingga 100 ton per bulan. Selain dipasarkan melalui distributor ke pasar-pasar modern, Ahmed juga menjual beras organiknya melalui marketplace dan reseller.

Advertisement

“Alhamdulillah, permintaan selalu ada. Setiap tiga hari sekali, kami kirim 8 hingga 10 ton kepada distributor. Itu belum termasuk permintaan dari reseller dan konsumen dari marketplace. Permintaan hampir di seluruh provinsi. Seperti Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan hingga Papua,” kata Direktur Utama PT Sirtanio Organik Indonesia ini.

Baca juga :

Ahmed menceritakan, dirinya mulai mengembangkan padi organik mengikuti jejak sang paman, Samanhudi, yang lebih dulu terjun ke pertanian organik. “Awalnya saya diajak untuk membantu paman. Lama-lama saya tertarik dan akhirnya ikut terjun ke pertanian organik. Saya ingin membantu petani untuk mendapatkan harga gabah yang bagus,” terang Ahmed.

Upayanya bertahun-tahun mengkonversi lahan pertanian non-organik menjadi organik, pun membuahkan hasil. Pada tahun 2019, beras organik produksi PT Sirtanio Organik Indonesia mulai diekspor ke Italia dan Afrika Selatan. Ekspor beras organiknya terpaksa dihentikan, karena pandemi Covid-19. Negara tujuan ekspor mengalami krisis ekonomi dan regulasi juga semakin ketat.

“Sejak saat itu, kami putuskan untuk fokus pada pasar domestik. Alhamdulillah saat pandemi,.penjualan domestik justru meningkat karena kesadaran masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh semakin tinggi,” ungkapnya.

Advertisement

Untuk beras merah, perkilogramnya dibanderol Rp 31.000, beras putih Rp 27.000, beras coklat Rp 26.500, beras hitam pekat Rp 35.000 dan beras hitam Melik Rp 45.000. Kualitas beras organik Banyuwangi diminati pasar nasional. Permintaan yang cukup tinggi, membuat beras organik Banyuwangi kini tersedia di 18.000 supermarket se-Indonesia.

Sejak beberapa tahun terakhir, Banyuwangi terus mendorong petani menerapkan sistem pertanian terintegrasi dengan budidaya secara organik. Lahan-lahan pertanian di desa-desa Banyuwangi, seperti Sumberwaru, Segobang, Parijatah dan desa-desa lannya telah beralih ke budidaya beras organik.

Beras organik yang diproduksi adalah Beras Merah Varietas A3 Segobang, Beras Hitam Melik Parijatah, Beras Coklat dan Beras Putih Berlian. Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi di Kementerian Pertanian. Dan telah mendapatkan sertifikat organik dari lembaga terkait. (kom/gie)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Lewat ke baris perkakas