Lamongan
Bupati Yuhronur Resmikan Wisata Edukasi Inovasi Pengolahan Sampah di Sekaran
Memontum Lamongan – Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, meresmikan secara langsung Wisata Edukasi Maggot Bumdes Sekar Sejaktera. Melalui peresmian itu, Bupati Yuhronur berharap bahwa melalui wisata edukasi budidaya maggot, ini tidak hanya mampu mengurangi sampah organik. Namun lebih dari itu, maggot bisa menjadi subsitusi pakan ternak hingga pupuk organik.
“Alternatif pakan ini bisa menjadi subsitusi atau mengurangi pakan yang lain. Gampangannya, dengan pakan ini cepat kenyang dan cepet besar. Apalagi banyak peternak Lele, gulung tikar karena pakannya. Kalau maggot ini bisa jadi alternatif, maka bisa itu digunakan itu,” terang Bupati Yuhronur.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga mengapresiasi atas terwujudnya Wahana Edukasi Maggot. Bahkan, diharapkan ekonomi hijau (green ekonomic) ini bisa terus berkembang dan berjalan dengan baik.
“Ayo terus dikembangkan, supaya memberikan kemanfaatan yang luas. Karena, ini solusi baik bagi peternak ayam, Lele bahkan petani sayuran juga,” papar bupati.
Lebih diuraikan Ketua Matching Fund Unisla, Mufid Dahlan, bahwa selain mampu mengurangi sampah organik hingga 4 ton sampah organik pertahunnya, kini lokasi pembudidayaannya dibuat menjadi Wisata Edukasi Maggot (Semaggot) Bumdes Sekar Sejaktera.
“Untuk mengurangi penumpukan sampah organik yang ada di TPS 3R Desa Sekaran, Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan, kami berinovasi mengolah sampah dengan maggot. Terbukti, bahwa sampah bisa berkurang hingga 2 sampai 4 ton pertahunnya,” terang Mufid.
Maggot sendiri, tambahnya, merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens yang diperoleh dari proses biokonversi Palm Kernel Meal. Biokonversi merupakan hasil fermentasi sampah-sampah organik menjadi sumber energi metan yang melibatkan organisme hidup.
Baca juga :
- Sukses Hantarkan Penghargaan Kabupaten Malang Berpredikat ODF, Dinkes Ganti Program Jambanisasi
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Transformasi Layanan Kesehatan Primer, Dinkes Kabupaten Malang Kick Off ILP di Pendopo Agung
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan Calon Wali Kota Bunda Fey
Di depan orang nomor satu di Pemkab Lamongan itu, Mufid juga menjelaskan langkah-langkah dalam membudidayakannya. Dimulai dari meletakkan bibit Maggot yang disebut pre-pupa di dalam ruangan perkembangbiakan selama 14 hari. Setelah itu, maka pre-pupa akan berubah menjadi BSF. Kemudian, lalat BSF betina akan menghasilkan telur pada media kayu yang ditumpuk, selanjutnya lalat-lalat itu akan mati.
“Ini bukan lalat hijau. Jadi, lalat ini hanya hidup 7 hari saja, setelah bertelur maka akan mati. Bertelurnya pun di media kayu yang sudah ditumpuk dan bukan makanan ataupun kotoran. Sehingga, kasus penyakit lebih aman,” jelasnya.
Selanjutnya, telur-telur lalat BSF tersebut akan ditimbang untuk kemudian dipindahkan ke media dedak dan ditetaskan dalam waktu 4 sampai 5 hari. Setelah telur-telur menetas, barulah dipindahkan ke kotak biopond yang medianya berupa sampah organik basah selama 15 hari agar maggot bisa dipanen.
Selain menghasilkan pakan alternatif bagi unggas dan ikan, ungkapnya, di tempat ini juga menghasilkan produk pupuk organik yang selama ini masih didistribusikan untuk petani bawang di wilayah Sekaran. Hal ini dikarenakan, kandungan pupuk masih proses uji laboratorium.
“Meski masih uji lab, prakteknya tanaman yang diberi pupuk organik ini daunnya lebat dan lebih segar. Serta, lebih tahan terhadap hama,” terangnya.
Sarana prasarana Wahana Edukasi Maggot Sekaran, ini juga tergolong lengkap. Selain membudidayakan maggot untuk dijual sebagai pakan ternak, para pengunjung juga akan belajar cara mengolah sampah organik dari proses budidaya unggas dan ikan.
“Kami membudidayakan ayam kampung. Dari ayam, itu kami menjual telurnya. Jadi, menambah nilai ekonomi. Termasuk, kotoran ayam tersebut tidak dibawa kemana-mana dan kami selesaikan dengan maggot sampai menjadi pupuk organik. Sehingga, sering dikunjungi para pelajar untuk belajar mengolah sampah,” ujar Mufid. (zen/sit)