Bangkalan
Cegah Perluasan DBD, RSUD Syamrabu Bagikan Bubuk Abate
Memontum Bangkalan—Untuk mencegah banyaknya pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebuh (Syamrabu) membagikan bubuk abate kepada keluarga pasien. Pasalnya, ada tren peningkatan DBD dalam dua bulan terakhir. Jumlah pasien DBD mencapai 300 orang. Pembagian bubuk abate secara gratis kepada keluarga pasien di RSUD Syamrabu dimaksudkan agar mengurangi jumlah penderita DBD. Bubuk ini digunakan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aides Aigepty yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue.
“Pembagian abate ini tepat sekali dalam langkah pencegahan dan menekan perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Maka itu, koordinasi diperlukan untuk dapat disosialisasikan ke masyarakat mengenai penggunannya. Terlwbih kepada keluarga pasien yang berada di sini.” jelas Plt Direktur RSUD Syamrabu, dr Andri Purnomo saat membagikan langsung bubuk abate, Jumat (1/3/2019).
Menurutnya, banyak masyarakat yang hanya tau fogging padahal sebenarnya di perlukan pemberantasan mulai dari jentik agar perkembang biakan nyamuk Aides Aigepty bisa di tekan. Itu bisa dilakukan melalui pemasangan bubuk abate di tempat penampungan air bersih. Sebab, nyamuk ini cenderung berkembang biak di lingkungan air bersih.
“Untuk kasus DBD yg di rawat di RSUD sekitar 300 pasien dalam dua bulan terakhir. Pembagian abate dilakukan semata karena kepedulian terhadap seluruh pasien yang ada di RSUD Syamrabu ini. Untuk status penetapan KLB merupakan kewenangan Dinas Kesehatan,” terangnya.
Oleh karena itu, perlu kesadaran masyarakat dalam hidup sehat dengan langkah 3 M yakni menutup, menguras dan mengubur. Pada saat menguras bak atau wadah air, seharusnya diikuti dengan menggosok dinding bak atau tempat penampungan air tersebut.
“M yang pertama adalah menguras. Tapi bukan cuma menguras melainkan menggosok dinding bak atau tempat penampungan air karena telur nyamuk dapat menempel erat di dinding bak, sehingga perlu disikat untuk dapat terbuang,” katanya.
telur nyamuk yang menetas dua hari setelah menyentuh air. Sedangkan untuk setiap harinya nyamuk bertelur sebanyak tiga kali. Meski demikian, telur nyamuk pun ternyata tahan di tempat kering hingga waktu enam bulan. tak hanya itu, pencegahan dengan menguras air tidak cukup untuk mencegah telur nyamuk tinggal bersama manusia. Tindakan menguras perlu didukung dengan menutup segala tempat penampungan air. Bila ada tempat penampungan air yang sulit dikuras, Kemenkes menganjurkan memberikan larvasida, atau racun larva serangga.
Sedangkan, mengenai tindakan mengubur barang bekas, sebenarnya dapat diikuti dengan aksi menggunakan kembali atau mendaur ulang barang yang sudah tak terpakai. Hal ini dikarenakan kemampuan terurai barang bekas di dalam tanah membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Dengan begitu, penguburan barang malah dapat menyebabkan limbah baru di masa mendatang.
Selain mengubur, menguras, dan mendaur ulang barang, pihaknya menyarankan penggunaan obat anti nyamuk, tetapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Tindakan lainnya adalah dengan menggunakan predator biologis untuk jentik nyamuk, seperti ikan di dalam kolam besar.
“Peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan, ini dari masyarakat untuk masyarakat. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci utama memberantas penyakit, apapun itu, dalam hal ini DBD,” paparnya. (rd/nhs)