Lamongan
Ikuti Parade Fashion Show 18 Tahun Batik Bordir dan Aksesoris Fair 2023, Bupati Yuhronur Tampil dengan Balutan Batik Lamongan
Memontum Lamongan – Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, bersama Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lamongan, Anis Kartika, turut ambil bagian dalam parade fashion show 18 Tahun Batik Bordir dan Aksesoris Fair 2023 yang diselenggarakan di Grand City Exhibition Surabaya, Kamis (09/03/2023) tadi. Dalam gelaran itu, turut ambil bagian juga 31 kota atau kabupaten se-Jawa Timur.
Mengenakan busana Sarimbit ala desainer ternama Yusi Marta, yang memadukan beberapa motif batik Lamongan yakni Ceplok Matahari, Ornamen Gendangan, Junjung Drajad, Enam Kathil dan Ornamen Singo Mengkok, Bupati Yuhronur dan Ketua Dekranasda berlenggak-lenggok bak model profesional. Keduanya, mengenalkan produk kerajinan asli Lamongan dikancah nasional.
Dijelaskan Bupati Yuhronur, bahwa busana dengan beragam motif batik khas Lamongan karya desainer Yumi, ini tentu tidak main-main. Berbagai filosi mendalam tergambar dalam setiap detailnya.
“Seperti motif Ceplok Matahari misalnya, mempunyai filosofi yang menggambarkan suratan takdir dan keteraturan hidup. Dimana dalam kehidupan di dunia, sudah ada aturan dan garisnya. Dengan begitu, diharapkan orang yang memakainya dapat menjalani hidup secara teratur dan jujur. Batik ceplok juga mengandung makna sebagai simbol yang serasi, seimbang serta sempurna,” ujarnya.
Baca Juga :
- Soroti Prodamas, Calon Wali Kota Kediri Bunda Fey Sebut Program Kesejahteraan Masyarakat Harus Lanjut
- Tingkatkan Nilai Keislaman Pelajar, Pemkab Banyuwangi Kembali Gelar FAS
- Kunjungi Kelurahan Manisrenggo, Bunda Fey juga Beri Perhatian Khusus untuk Penyandang Disabilitas
- Datangi Pasar Oro-Oro Dowo, Abah Anton-Dimyati Disambut Yel-Yel Menang Total
- Pj Wali Kota Malang Dukung Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Petugas Pilkada 2024
Lebih lanjut dikatakannya, kemudian motif ornamen Gendangan menggunakan teknik geometris atau trapezium yang membentuk jajaran genjang dan biasa disebut masyarakat Lamongan dengan istilah ‘Wajik’. Garis garis sejajar yang melintang diagonal mengandung pesan agar masyarakat senantiasa menjalin komunikasi yang baik dan senantiasa beriringan agar terhindar dari konflik sosial.
“Sedangkan motif Junjung Drajad dapat diartikan, seluruh manusia sama derajatnya baik perempuan atau laki-laki, miskin maupun kaya, berpangkat maupun yang tidak. Di negara kita ini, sejatinya tidak diperbolehkan adanya diskriminasi terhadap suku, agama, ras, antar golongan, maupun politik. Semua mempunyai kedudukan yang sama di hadapan sang pencipta,” bebernya.
Selanjutnya, tambahnya, motif Enam Kathil berasal dari kata ‘Ngenam’ yang memiliki arti menganyam kursi dan terdiri dari garis vertikal dan horizontal yang berhubungan dengan kekuasaan, hubungan dengan Tuhan dan kepada sesama. Pengingat terhadap individu agar selalu mengingat penciptanya dan memiliki hubungan baik dengan sesama, karena kekuasaan dapat membutakan mata hati seseorang.
“Sedangkan motif Singo Mengkok merupakan simbol warisan dari Sunan Drajat yaitu Raden Qosim. Simbol ini berbentuk singa yang sedang membungkuk. Makna dari singo mengkok adalah bahwa singa itu berarti tingkah laku kehewanan. Sedangkan membungkuk ini bengkok atau menunduk atau merunduk. Arti dari Singo Mengkok sendiri adalah singa yang sedang menahan hawa nafsu dan tunduk di hadapan Allah,” jelasnya.
Kemudian, sambungnya, semua motif tersebut disatukan dalam bentuk mahakarya luar biasa indah namun tetap elegan yang mengantarkannya mendapat penghargaan the best contestan dengan katagori ramah lingkungan. (zen/sit)