Surabaya
IMRC 2018 Wadahi Kesempatan Memperluas Kerjasama Riset
Memontum Surabaya—–Hubungan antardua negara yang berdekatan, yakni Indonesia dan Malaysia makin dipererat dengan hadirnya Indonesia – Malaysia Research Consortium (IMRC) 2018. Dalam hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama dengan University Teknologi Malaysia (UTM) bersama-sama memiliki visi, untuk mewadahi dan memperluas kerja sama riset melalui pembentukan konsorsium tersebut.
Kerjasama antar Perguruan Tinggi yang berbeda negara ini digelar dalam sebuah kegiatan seminar, dengan mengangkat topik Energi Terbarukan. Keberadaan IMRC 2018 resmi dimulai di Gedung Research Center Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, pada 21-22 November. Dijelaskan oleh Joni Hermawan selaku Rektor ITS, jika riset yang sudah berjalan selama tiga tahun lamanya dan mendapatkan dukungan dari kementrian serta akan terjalin komitmen.
“Riset ini mendapatkan support dari Kementrian Pendidikan di Malaysia yang pada saat itu hadir di Jakarta. Pertemuan ini sudah terjadi dua kali, dan nantinya akan ada komitmen bersama dari kedua belah pihak (University Technology Malaysia dan 28 Universitas Indonesia Termasuk ITS) berkaitan dengan Green Energy,” kata Joni, (22/11/2018).
Seminar kerjasama yang diadakan ITS dihadiri oleh para peneliti, ilmuwan, dan mahasiswa pascasarjana dari Indonesia dan Malaysia. Isu Green Energy diambil sebagai topik utama dengan mempertimbangkan kestrategisan bidang tersebut, juga didasari oleh makin langkahnya energi berbasis fosil.
Aspek keramahan terhadap lingkungan juga merupakan pertimbangan lainnya, yakni mengapa topik ini dijadikan sebagai topik utama dalam IMRC Seminar 2018. Rektor ITS mengatakan jika ada banyak faktor yang menentukan kesuksesan kerja sama riset, salah satunya Pemerintah. Sebab, Pemerintah memiliki andil besar dalam membantu pemberian grant (pendanaan).
“Sehingga diharapkan dengan dana yang cukup tersebut, potensi kerja sama dengan perguruan tinggi lain atau negara lain terbuka lebar, salah satunya lewat IMRC ini,” ujarnya.
Pada IMRC 2018 ini, beberapa perguruan tinggi akan melakukan kajian untuk membahas peluang kerja sama seperti student exchange, credit transfer, joint publication, joint research dan lain-lain. Namun pertama-tama yang akan dilakukan adalah menggali komitmen para pimpinan perguruan tinggi.
Sementara itu, Prof Ir Dr Wahid Omar selaku UTM Vice Chancellor, dalam sambutannya menuturkan, ini adalah kali keduanya bertandang ke ITS. Di mana sebetulnya hubungan antara ITS dan UTM sudah begitu dekat, khususnya dalam hal kerja sama riset.
“Saya harap kerja sama seperti ini akan terus berlanjut dan menghasilkan produk-produk riset yang lebih baik lagi bagi kedua negara,” ucapnya.
Menurut Wahid, adapun fokus bidang pada IMRC 2018 adalah sebuah respon terhadap perkembangan zaman. Seiring bertambahnya populasi, kebutuhan akan energi juga meningkat.
“Energi terbarukan adalah solusinya. Di mana isu ini menjadi persoalan hangat yang diperbincangkan banyak pihak, dengan harapan adanya alternatif energi baru dari hasil kerja sama riset ini nantinya,” jelasnya.
Ocky Karna Radjasa sebagai Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat mengatakan terkait dengan topik seminar, yakni adanya salah satu dari 10 program riset yang difokuskan pasa Risetdikti dalam membantu menyelesaikan permasalahan di Pistekdikti. “Terdapat 10 program riset yang difokuskan pada Ristekdikti, dan dalam IMRC ini terdapat tiga bidang yang akan diriset yakni pangan dan pertanian, energi baru dan terbarukan,” tutupnya. (est/ano/yan)