Kota Malang
Ini Alasan Pedagang Comboran Enggan Pindah
Memontum Kota Malang – Ratusan pedagang di Pasar Baru Timur Comboran enggan segera masuk pasar, meskipun pembangunan sudah rampung. Mereka masih menempati pasar penampungan yang berada di jalan Prof. Moh. Yamin dan jalan Halmahera, Malang. Meski, dampaknya keberadaan ratusan pedagang Pasar Comboran sering menimbulkan kemacetan, karena memakan badan jalan. Bahkan beberapa tahun lalu, sempat hangus terbakar.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang, Drs H Sutiaji menyatakan proses inventarisasi pedagang masih berlangsung. Pemerintah dan pedagang, lanjut Sutiaji, telah berkomunikasi dalam pemindahan pedagang Pasar Baru Timur Comboran yang memenuhi sepanjang jalan Prof. Moh. Yamin, dan jalan Halmahera, Malang. “Masih menunggu waktu, sebab sebagian pedagang belum terdaftar,” tanggap Sutiaji, kepada awak media.
Perlu diketahui, pembangunan Pasar Baru Timur Comboran memakai APBD Kota Malang 2017 senilai Rp 9 miliar, dimana bangunan baru kini nampak lebih bagus. Tak berubah dari konsep lama, nantinya Pasar Baru Timur Comboran ini akan menjadi pusat penjualan aneka onderdil, besi, sepeda dan aneka jenis barang lainnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Malang Wahyu Setianto mengatakan, sebenarnya pedagang sudah siap masuk. Namun ketika dicek, saat hujan ternyata ada tampias (percikan/rembesan air hujan, red). Rencananya akan dibenahi melalui DAK 2019.
“Saya tak bisa memprediksi. Kesepakatan kita dengan pedagang, jika sudah dibenahi, pedagang segera langsung pindah. Yang tidak terdampak bisa masuk dulu. Bahkan mereka juga menginginkan bentuk pengamanan khusus bedaknya. Kan banyak barang bekas, tapi berharga. Kita akan koordinasi bagaimana nanti bentuknya agar tidak terlihat kumuh,” jelas Wahyu.
Wahyu menambahkan, selain APBD 2017, pembangunan Pasar Baru Timur Comboran melalui Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) 2017, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018 untuk perluasan ke belakang, yang kini sudah rampung. “Hampir 300-an pedagang yang akan menempati. Yang punya kios depan itu ada 82. Yang di belakang 220-an, itu yang sudah tercatat di database kami,” tukas Wahyu. (adn/gie)