Berita Nasional

Jadi Pasangan Ganjar, Pengamat Politik Nilai Elektabilitas Mahfud MD Lebih Tinggi Dibanding Cak Imin

Diterbitkan

-

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati, resmi mengumumkan bahwa Mohammad Mahfud MD menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Calon Presiden (Capres), Ganjar Pranowo.

Pengumuman itu, pun mendapatkan respon dari Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah, terkait dengan elektabilitas di Jawa Timur, khususnya dalam mengukur dukungan dari warga NU. Disampaikan, jika di dalam dunia NU, terdapat dua model komunikasi politik yang dikenal. Pertama, mereka yang kuat di level kepemimpinan (kyai) tetapi belum tentu memiliki jaringan yang kuat di kalangan santri. Kedua, mereka yang memiliki pengaruh besar di kalangan santri dan pesantren, namun belum tentu memiliki hubungan yang kuat dengan kyai-kyai NU.

“Silahkan cek di lapangan, teman-teman NU yang memiliki kekuatan politik pasti akan memiliki satu dari dua kelebihan itu. Mungkin saya kuat di kepala, tetapi di kaki lemah. Kaki itu jaringan yakni santri, sedangkan kepala itu Pak Kyai,” ujar Yunan, saat ditemui di UMM, Rabu (18/10/2023) tadi.

Baca juga :

Advertisement

Pihaknya juga menegaskan, bahwa Mahfud MD adalah sosok yang kuat dalam hal kepemimpinan dan wawasan politiknya. Namun kendalanya, terletak dalam kemampuannya untuk membangun koneksi dengan kalangan santri dan pesantren. Terlebih, kedekatan Mahfud MD dengan NU terutama di Jawa Timur.

“Sejauh ini dapat diukur dari perspektif emosional demografis, terutama karena latar belakangnya yang berasal dari Madura. Namun, belum tentu hal ini memastikan dukungan yang kuat di kalangan santri,” katanya.

Dalam perbandingan antara Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Yunan menyebutkan bahwa perbedaan keduanya cukup tipis. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan dalam hal kepemimpinan (kepala) dan jaringan di kalangan santri (kaki).

“Irisan keduanya ini sangat tipis, tetapi irisan yang tipis itu justru akan menguntungkan. Keuntungan dari persaingan yang ketat ini adalah kemungkinan mempertahankan dukungan partai politik seperti Golkar dan PKS, yang pada akhirnya dapat menguntungkan kedua belah pihak dalam pemilihan legislatif, meskipun perbedaan dalam figur relatif kurang signifikan,” imbuhnya. (rsy/sit)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas