Pemerintahan
Jadi Rumah Sakit Rujukan, Bupati Trenggalek Sidak Ruang Isolasi Di RSUD Dr Soedomo
Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek lakukan pengecekan ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soedomo Trenggalek. Mengingat RSUD Dr Soedomo Trenggalek memang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur dan Pemerintah Pusat jika nantinya ada pasien yang positif terinfeksi Virus Corona.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan jika pengecekan tersebut dilakukan guna mengetahui kesiapan ruang isolasi yang ada saat ini.
“Hari ini kita melakukan pengecekan kesiapan di rumah sakit salah satunya ruang isolasi. Bagaimana dengan grafik yang ada sampai saat ini Orang Dalam Resiko (ODR) terinfeksi Virus Corona meningkat hingga 1.600,” ucap Bupati, Jumat (27/03/2020) pagi.
Pihaknya menginginkan orang-orang yang dalam resiko ini ketika menjalani Rapid Test, maka perlu adanya ruang isolasi tambahan.
“Kita berupaya di puskesmas – puskesmas juga ada ruang isolasi dan juga mengconvert (red : mengubah) kemungkinan besar Gedung Balai Diklat yang ada di Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BPD) Kabupaten Trenggalek untuk ruang isolasi tambahan,” imbuhnya.
Hal ini dilakukan guna mengantisipasi adanya lonjakan Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Dalam Pengawasan (PDP) maupun yang positif terinfeksi virus Corona.
Untuk total ruang isolasi yang ada saat ini, Bupati menyebutkan ada 12 di RSUD Dr Soedomo Trenggalek, di Puskesmas ada 20 ruang dan 18 kamar di Balai Diklat BKD Trenggalek. “Seperti yang dilihat tadi, dari 12 ruang di RSUD Dr Soedomo Trenggalek sudah terpakai 3 ruang. Artinya masih banyak yang kosong,” kata Bupati.
Meski begitu, terkait langkah antisipasi dalam rangka meminimalisir penyebaran Covid-19 di Kabupaten Trenggalek, pihaknya juga akan melakukan Check Point di beberapa tempat, pengadaan masker dan tempat cuci tangan yang ada di beberapa titik strategis.
Sementara itu, Direktur RSUD Dr Soedomo Trenggalek, dr Sunarto menuturkan terkait penanganan di ruang isolasi pihaknya melarang keras jika perawat tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap.
“Untuk perawat yang memasuki ruang isolasi tidak saya perkenankan jika tidak memakai APD secara lengkap. Jadi mereka harus kita jamin,” tutur Sunarto.
APD yang dimaksud pun juga yang cover all (red : menyeluruh), mulai dari atas kepala hingga kaki.
Untuk harga APD itu sendiri, Sunarto menyebutkan jika harganya juga tidak murah, yakni di kisaran Rp 300-500 ribu. “Tapi Alhamdulillah kemarin pasca ditunjuk menjadi rumah sakit rujukan, perlengkapan tersebut dicukupi dari Pemerintah Provinsi,” pungkasnya.
Selain itu, masih terang Sunarto, pihaknya juga telah menerima bantuan APD cover all dari Dinas Pertanian dan dari Pemerintah Pusat, sehingga hal tersebut tidak menjadi masalah terkait ketersediaannya. Hanya saja, yang menjadi kendala sampai saat ini ketersediaan masker. (mil/oso)