Surabaya
Jelang Pilkada, Jatim Institute Gelar Diskusi Publik
Memontum Surabaya – Menjelang pemilihan kepala daerah (Pemilukada) Jatim Institute gelar diskusi publik bertemakan “Menakar Potensi Muda Dalam Menyambut Pemilukada 2020”. Acara yang digelar di Rolag Cafe Surabaya dihadiri 4 narasumber yang berkompeten dibidangnya.
Narasumber pertama dari Pengamat Politik Orbit Poll, yang ke dua M. Sholeh sebagai praktisi hukum, yang ke tiga Fuad Benardi Ketua karang taruna Surabaya, dan yang terakhir Cahya Nugraha sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dengan di moderatori Hizkia Trianto sebagai perwakilan dari Jatim Institute.
Acara digelar dengan topik pembahasan yang sangat menarik. Melihat dari para peserta yang datang, rata-rata dari kalangan anak muda atau biasa disebut kaum milenial. Diskusi berjalan seru nan apik.
Dalam pembahasan politik seperti ini anak muda tidak terlalu tertarik dengan isu politik, apalagi terjun didunia politik sangat jarang kaum milenial hadir membahas politik.
“Mahasiswa dari zaman saya dulu hingga sekarang sama saja, ketika berbicara politik respon yang didapat sedikit. Ini harus ada kampanye besar terlebih didalam kampus,” Jelas M. Shaleh
Kaum milenial hari ini harusnya tidak ada yang boleh menganggur, anak muda tidak boleh acuh terhadap lingkungan sekitar. Paradigma yang muncul ketika anak muda ingin menjadi calon dewan adalah anak muda itu orang jelek. Tapi pada dasarnya kita memerlukan anak muda. Karena inovasi-inovasi yang dibuat.
Dizaman 4.0 harus terbuka dengan digitalisasi. Dimana informasi bisa didapatkan darimana saja dan harus mengerti perkembangan yang ada.
Dalam menakar potensi muda untuk Pemilukada. Terlebih dahulu kita melihat anak muda harus pro aktif dalam perubahan sosial, terutama politik.
“Tokoh muda itu dibutuhkan karena tidak kekurangan yang namanya ide kreatif,” tutur Cahya Nugraha
Pemuda ketika dipercaya, harus diberi dukungan. Bukan hanya menuntut tapi masyarakat juga harus berperan. Pemimpin muda tidaklah lepas dari kedekatan masyarakat yang dimana masyarakat itu adalah juga berasal dari kamun milenial.
Jadi jika pemimpin dan rakyat yang dipimpin berkesinambungan artinya bisa menyatukan visi dan misi.
Tetapi ketika anak muda dipercaya titik lemah ada pada integritas yaitu soal kejujuran, soal amanah terbukti data dari icw. Selama Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) berdiri ada setidaknya 350 kepala daerah yang ditangkap. Dan itu rata-rata anak muda.
“Perkara anak muda titik lemah berada pada integritas, soal amanah dan kejujuran,” Tutur Sean Choir
Di zaman serba digital kita berada dalam kompetisi yang sangat ketat. Dimana harus tanggap dalam segala hal. Yang mampu memecahkan masalah dengan cepat dan harus mempunya jiwa kepemimpinan
“Di era sekarang kita butuh yang mampu memberikan respot cepat terhadap suatu masalah, yang mampu menciptakan inovasi dan memiliki jiwa kepemimpinan 4.0 artinya harus paham apa yang sedang dibutuhkan masyarakat,” Jelas Sean
Dalam meningkat kualitas anak muda untuk mau terjun didunia politik dengan cara mengedukasi, dukungan serta tuntunan. Karena politik itu berat. Kalau tidak dari hati tidak akan terlaksana dengan baik.
“Mulai saja dulu dengan pembahasan politik yang ringan, tapi jangan dikekang dengan kondisi yang tegang. Suasana harus dibuat santai tapi tetap mengacu pada pembahasan,” tutupnya. ( Ard/Est/yan)