Kota Malang
Mendikbud : Tanamkan Nilai Pancasila Sebagai Identitas Generasi Bangsa
Memontum Kota Malang – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud RI) Prof Dr Muhadjir Effendy MSi, mengajak semua pihak untuk mensosialisasikan, mengedukasi dan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya satuan pendidikan kepada generasi muda sebagai pendidikan karakter dan wahana pembangunan watak bangsa.
“Mau tak mau, menghadapi tantangan disrupsi teknologi, Pancasila harus selalu ditanamkan dalam diri generasi bangsa. Pasalnya, Pancasila adalah pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus dijaga, dipelihara dan dipertahankan,” seru Mendikbud RI, Prof Dr Muhadjir Effendy MSi, saat mengisi “Simposium Nasional Penanaman Nilai Pancasila sebagai Wahana Pembangunan Watak Bangsa,”. di Hotel Ijen Suites, Sabtu (14/3/2019) siang.
Sejak dulu, lanjut Muhadjir, upaya sosialisasi dan internalisasi Pancasila sudah dilakukan dalam bermacam pola yang inti tujuannya sama. Jaman Bung Karno ada istilah manipol usdek, era Suharto ada Penataran P4, dan era sesudahnya. Hingga era Jokowi, pemerintah memiliki Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
“Pemerintah boleh berubah, program boleh beragam, namun siapapun yang memerintah harus berkomitmen dan memiliki kepedulian terhadap ideologi Pancasila. Sebab ruh dari didirikannya bangsa Indonesia, karena ideologi Pancasila,” tegas mantan Rektor UMM dalam 3 periode (2000-2016) ini.
Kemendikbud terus mengembangkan berbagai macam metode, strategi, dan pendekatan sebagai upaya menginternalisasi Pancasila kepada peserta didik di lingkungan Kemendikbud. Disebutkan Mendikbud, dalam momenklatur PPKn ini, Pancasila dijadikan satu dalam kewarganegaraan, sehingga pembobotannya lebih cenderung pada knowledge.
“Padahal titik tekannya seharusnya pada penanaman Pancasila. Sehingga Pancasila dan Kewarganegaraan akan kami pisah, dimana penanaman nilai Pancasila lebih jelas, mulai jenjang Paud hingga pendidikan menengah,” tambah pria yang menjabat Mendikbud sejak 27 Juli 2016, menggantikan Anies Baswedan.
Yang perlu diperhatikan, lanjut Muhadjir, konten aplikasi dalam dunia maya melalui cloud computing. Seiring perkembangan jaman menjadi peluang menanamkan dan mengimplementasikan nilai Pancasila. Meski diakuinya, tantangan destruktif juga cukup besar.
“Seperti pesan almarhum BJ Habibie, guru tidak sekedar mengajar, tetapi harus mendidik dengan karakter yang baik. Sehingga tugas guru tak hanya menanamkan nilai Pancasila, namun dalam penguasaan teknologi, juga sebagai gate keeper memberikan imunitas kepada anak didik agar dapat menyeleksi mana konten yang cocok atau tidak dengan Pancasila. Sekaligus sebagai bahan ajar,” jelas pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 ini.
Menurut mantan Dewan Penasehat PWI Malang Raya 2008-2011 ini, nilai Pancasila itu adikodrati atau supranatural. Jika diterapkan, perlu tindakan dan tahapan yang sistematis.
“Jika diturunkan pasti mengalami reduksi, yang seringkali menjadi perbedaan persepsi. Harus ada komitmen dan kesepakatan umum yang jelas. Demikian pula, anak-anak jangan hanya dinasehati dengan kata-kata, namun berikan contoh kongkrit,” tandas suami dari Suryan Widati, S.E., M.SA., Ak., CA, salah satu dosen PTN di Malang.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr Ibrahim Bafadal, MPd, mengatakan peran guru sebagai agen dalam proses internalisasi pembentukan watak karakter Pancasila pada diri siswa. Untuk itu, diperlukan perangkat utama SDM, dan perangkat material media (wadah).
“UM sebagai penyedia calon guru, UM juga pernah mencetuskan program P4. Artinya, UM akan totalitas dalam hal ini dengan menyesuaikan perkembangan jaman. Terlebih, UM saat ini menjadi pusat inovasi pembelajaran Pancasila. Yang terpenting adalah nilai Pancasila, bukan hanya knowledge, feeling, dan behaviour,” seru Ibrahim.
Menurutnya, sivitas akademika UM menyambut positif penanaman pendidikan karakter Pancasila. Dari sebuah pendidikan, menumbuhkan kembangkan watak, intelektual dan jasmani.
“Intinya, bagaimana menanamkan pendidikan karakter. Suka tidak suka, perilaku anak-anak saat ini meninggalkan karakter bangsa, seperti bullying, ngerpek, geng motor, dan lainnya. Ini adalah gambaran sebuah kehidupan. Untuk itu perlu upaya, seperti Full Day School sebagai salah satu menumbuhkan kembangkan pendidikan karakter. Pun dengan pola pendidikan karakter yang diterapkan Pemkot Malang pada siswa SD kelas 1-2 dengan menskip Calistung,” tandas Guru Besar UM bidang Manajemen Pendidikan Dasar ini. (adn/yan)