Kota Malang

Mengintip Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Unair

Diterbitkan

-

Foto by Rofido Andriansyah

*Dari Replika Mayat hingga Makam Bhineka, Kupas Cara Kematian

Menontum Kota Malang—-Banyaknya suku bangsa membuat Indonesia kaya akankeberagaman budaya. Setiap kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri yang telahterbentuk secara turun temurun dari generasi ke generasi, tak terkecuali budayamengenai kematian.

Kematian memang identik dengan kesedihan ataupun hal yangseram. Namun, Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian di UniversitasAirlangga (Unair) menyuguhkan kematian dari sisi yang berbeda.

Museum yang berada di bawah naungan Departemen AntropologiFISIP Universitas Airlangga ini memilih kematian sebagai tema besar museumkarena ingin mencari sesuatu yang unik dan belum pernah ada di Indonesia. Desiselaku penjaga museum mengungkapkan alasan dibalik terpilihnya tema kematian.

Advertisement

“Kita pikirkan tema yang cocok untuk antropologi sosialbudaya dan ragawi, akhirnya kita memilih tema kematian. Kematian itukan salahsatu dari siklus hidup manusia yang juga penting. Karena kita terdiri daribanyak suku bangsa, kita jadi punya banyak ritual kematian yang berbeda-bedadan unik-unik,” ungkap Desi, ditemui baru-baru ini.

Meskipun memilih temakematian, tidak seluruh bagian dari museum ini di desain menyeramkan. Padabagian depan museum di desain menarik dan penuh warna untuk membuat pengunjungbetah berlama-lama menghabiskan waktu disana. Sementara pada bagian tengahmuseum, kesan seram mulai terasa karena dinding di cat gelap dan minimpencahayaan disertai replika mayat dan kerangka manusia. Namun pada bagianbelakang museum suasana seram kembali hilang karena pengunjung dibuat takjuboleh berbagai replika yang ada.

Banyak sekali replika yang dipajang pada museum etnografiini, di antaranya adalah makam di Desa Trunyan, pemakaman di Toraja, danminiatur olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Dari sekian banyak replikaterdapat salah satu replika yang menarik, yaitu makam Bhineka. Disebut sebagaimakam Bhineka karena di dalamnya terdapat makam dari berbagai suku dankepercayaan di Indonesia, seperti makam etnis Tionghoa, Islam, Kristen, hinggamakam Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa hingga perihal kematian pun Indonesiamenjunjung tinggi persatuan meskipun memiliki latar belakang budaya yangberbeda-beda.

Foto by Rofido Andriansyah

Foto by Rofido Andriansyah

Salah satu pengunjung bernama Siti Rokhimah Hilmamengungkapkan bahwa museum ini memiliki keunikan tersendiri dan hampir seluruhkoleksi yang ditampilkan sangat menarik.

“Banyak ilmu yang saya dapat dari museum ini sepertikeanekaragaman budaya terkait tradisi kematian Indonesia. Banyak koleksi yangmenarik, susah untuk menentukan satu koleksi favorit karena aku suka semuanyasih,” kata Hima.

Advertisement

Karena keunikannya, Museum Etnografi dan Pusat KajianKematian baru-baru ini meraih Anugerah Purwakalagrha Indonesia MuseumAwards 2018 kategori museum unik diIndonesia. Desi selaku penjaga museum tidak menyangka akan mendapat penghargaanbergengsi tersebut.

“Kami terkejut sekali ya karena baru masuk nominasi dan langsungmenang, sementara museum ini baru 3 tahun dibuka untuk umum. Awalnya itu yangmengadakan adalah komunitas jelajah, beberapa anggota komunitas itu adalahalumni sini. Mereka tahu disini ada museum dan mengikuti perkembangan sejakkita awal membuka diri untuk umum sampai dengan saat ini. Dulu baru pertamabuka hanya ruangan ini saja, lalu kita ekspansi sampai belakang. Rencananyakita akan terus berbenah, karena mereka melihat perkembangan yang kita lakukan,akhirnya kita layak untuk memenangkan penghargaan itu,” tutur Desi. (ist/ano/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas