Kota Malang
Menpora, Wakil Ketua MPR dan Dosen UB, Dorong Pemuda Cinta Tanah Air dan Jas Merah
Memontum Kota Malang—-Kampus adalah kawah candradimuka lahirnya pemikir besar untuk dunia. Apa yang dihasilkan civitas akademika bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam problematika di masyarakat. Tentunya, hal ini tak lepas dari pemuda sebagai agen perubahan, khususnya menggaungkan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila terkait Sumpah Pemuda.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora RI) Dr (HC) Imam Nahrowi SAg MKP, saat menjadi narasumber dalam Dialog Kebangsaan bertemakan “Sinergi Semangat Sumpah Pemuda, Resolusi Jihad, dan Kebudayaan”, di Gedung Widyaloka UB, Senin (5/11/2018). Dialog yang dilaksanakan oleh Pengasuh Matakuliah Pengembangan Kepribadian (PMPK UB) ini diinisiasi oleh MPR RI, Kemenpora, dan UB, menghadirkan narasumber lainnya, yaitu Wakil Ketua MPR RI Dr H Ahmad Basarah MH dan Dosen Hukum Tata Negara UB Dr M Ali Safa’at MH, yang dimoderatori oleh M. Anas, MFir.
Dulu, lanjut Imam Nahrowi, para pemuda melepaskan ego masing-masing untuk mewujudkan Sumpah Pemuda. Selayaknya, pemuda Indonesia sekarang harus meniatkan hari ini untuk kebaikan masa depan. “Pemuda Indonesia saatnya menyalurkan energi untuk kemajuan bangsa. Harus menjadi macan yang ditakuti dan dibanggakan. Contohnya, kami terpacu untuk membuktikan kesuksesan Asean Games atas kenyinyiran netizens. Semata untuk membuktikan bahwa Indonesia lebih baik dari sebelumnya, meraih 31 emas dari target 16 emas. Termasuk target pencak silat masuk Olimpiade, dan memecahkan rekor dunia dari panjat tebing, dan lainnya,” terang Imam.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Dr H Ahmad Basarah MH, mengangkat tema “Implementasi Nilai-nilai Sumpah Pemuda di Era Millenium” mengatakan bahwa esensi peringatan Sumpah Pemuda, yaitu jangan lupakan sejarah (jas merah). Sebab Indonesia merdeka karena pengorbanan darah dan air mata pahlawan. “Negara-negara penjajah menggunakan politik adu domba. Berdasarkan kesadaran tersebut, para pemuda mendobrak mewujudkan persatuan dengan melahirkan Sumpah Pemuda sebagai sebuah bangsa yang utuh,” jelas Basarah.
Bung Karno pernah berkata, jangan sampai melupakan sejarah (jas merah), sebab penjajah ada bermacam bentuk sesuai jamannya. Saat ini penjajah dari bangsamu sendiri, atau adu domba jilid III melalui gawai. Melalui hukum sebab akibat (kausalitas), mengedepankan fundamentalisme, dan radikalisme agama. “Benteng terbaik adalah Pancasila. Sebab Pancasila lebih baik dari Komunisme, sebab didalamnya terkandung sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan lebih baik dari liberalisme/kapitalisme karena terkandung sila Keadilan Bagi Seluruh Indonesia. Sementara LGBT, pelanggaran HAM, akan gugur dengan benteng agama. Namun, jangan sampai terjerumus radikalisme agama yang salah seperti bom Gereja di Surabaya,” terang Basarah.
Menurutnya, masih banyak kejahatan yang menyebabkan bangsa ini terpecah. Contoh kasus narkoba, korupsi, dan terorisme, yang termasuk Extraordinary Crime. Pelaku memiliki uang membayar orang-orangnya untuk mengcounter lawan. “Di saat seperti ini, ternyata kaum muda kita jarang mau peduli. Pun makna sumpah pemuda kalah oleh jiplakan negara lain, seperti budaya KPop, kaos idola, dan lainnya. Mereka lebih mengagungkan itu,” tukas Basarah.
Sedangkan Rektor UB, Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR. MS, mengatakan cinta pemuda saat ini terhadap negara mulai dipertanyakan. Untuk itu perlu ditanamkan Cinta Brawijaya, mahasiswa tak sekedar pandai, namun bermoral dan cinta tanah air. “Ada 4 tantangan permasalahan yang kita hadapi, yaitu masalah kebangsaan cinta kepada negara, masalah narkoba, masalah sopan santun dan pergaulan bebas, serta masalah LGBT. Permasalahan ini yang perlu kita pecahkan bersama,” tukas Nuhfil. (rhd/yan)