Surabaya
Pasca Pembatalan Proyek Trem, Whisnu: Bus Suroboyo Dioptimalkan, Didukung Angkot
Memontum Surabaya—-Wakil Walikota (Wawali) Surabaya Whisnu Sakti Buana menegaskan Pemerintah Kota (Pemkot) saat ini menyeriusi dan mematangkan konsep pengembangan operasional Bus Suroboyo yang akan dipadukan dengan angkutan kota (Angkota). Ini sebagai lanjutan kebijakan setelah Walikota Tri Rismaharini memastikan proyek angkutan cepat, trem, tidak akan direalisasikan.
“Jadi Bus Suroboyo itu akan menghubungkan Surabaya sisi Selatan dengan Utara. Untuk penghubung Surabaya Timur dan Barat bisa dengan monorail atau elevated yang melintasi track yang dibangun di atas jalan. Cuma, untuk rute Surabaya Timur ke Barat sementara bisa dengan Bus Suroboyo. Karena apa? Membangun track monorail juga butuh waktu serta anggaran yang tidak sedikit,” kata Whisnu Sakti Buana, Rabu (12/12/2018).
Menurut WS,–sapaannya–, keberadaan armada Angkota (bemo/lyn) dibutuhkan sebagai feeder (angkutan pengumpan, red) yang beroperasi dalam perkampungan. Sehingga warga yang hendak berpergian dengan kendaraan umum tanpa harus menunggu waktu lama. Sewaktu-waktu ada armada Angkota yang bisa dicegat di perkampungan, untuk membawa ke jalan protokol yang dilalui Bus Suroboyo sebagai moda transportasi lanjutan.
Peremajaan armada Angkota menjadi keharusan supaya pengguna jasa transportasi ini nyaman. Pastinya lengkap dengan penyejuk udara. Pemkot sendiri sudah berkomunikasi dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Surabaya sebagai gabungan organisasi pengusaha angkutan darat berikut paguyuban lyn.
“Sekarang ini ada 80 rute atau trayek lyn, Cuma tidak semuanya efektif. Sesuai koordinasi, rencananya 80 rute dalam kota ini akan dipadatkan menjadi 40 saja. Setelah itu, peremajaan armada Angkota bisa dilakukan,” sambung Whisnu yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Pengusaha atau pemilik armada Angkota yang sekarang ada tidak perlu mengkhawatirkan sumber pendanaan pengadaan unit baru. Dunia Perbankan akan melirik menawarkan pendanaan. Yang sudah memastikan kesanggupan adalah Bank Jatim.
Cicilan ke bank bisa menggunakan hasil pengoperasian armada baru. Pemkot menjamin pengusaha akan bisa cepat mendapatkan modalnya kembali (break event point) serta keuntungan (margin). Pemilik armada tak perlu mengkhawatirkan kesulitan membayar cicilan. Sebab, sistem pengoperasian armada untuk masuk dan keluar kampung akan ditentukan.
“Awak tiap unit armada Angkota akan mendapatkan subsidi bahan bakar dan pendapatan pengemudi. Prinsipnya, armada harus tetap beroperasi masuk dan keluar kampung. Dengan seperti ini, warga yang akan berpergian tidak menunggu lama, dan awak Angkota tidak akan gegeran lagi dengan ojek online (Ojol). Jadi warga di kampung bisa memilih sendiri moda transportasi yang dikehendaki,” rinci Whisnu yang juga Bapaknya Bonek.
Bahkan Whisnu membayangkan pemilik armada Angkota akan berkreasi menciptakan kenyamanan dengan mendesain interior mobil dengan pernak-perniknya. Bahkan musik yang mampu menguatkan kesan nyaman.
Ada syarat yang dibebankan ke pengusaha atau pemilik armada Angkota. Apa itu? Harus memiliki badan hukum. “Untuk badan hukum tidak harus PT. Pemilik armada bisa membentuk koperasi. Koperasi ini yang akan memberikan jaminan pemberian kredit kepemilikan kendaraan. Yang menjamin pencairan dari pihak bank,” ulas Whisnu yang disebut banyak pihak sebagai calon terkuat walikota Surabaya.
Keberadaan koperasi juga menyediakan suku cadang yang pembayarannya bisa dengan cara mencicil. “Tadi kan rencananya Cuma ada 40 rute. Misalkan tiap satu rute ada dua bengkel khusus armada Angkota, ini kan sudah membuka peluang kerja. Ada tenaga mekanik, bisa dari lulusan SMK Jurusan mesin yang terserap,” tutupnya.
Pengoperasian Bus Suroboyo
Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana memastikan jumlah armada Bus Suroboyo akan bertambah seiring pengoperasiannya yang didukung armada Angkutan Kota (Angkota) sebagai feeder (pengumpan, red).
“Karena trem jelas tidak jadi direalisasikan. Karena tidak mungkin trem diwujudkan. Untuk ruas jalan di Surabaya perlu penambahan, sedangkan trem akan mengepras atau memanfaatkan ruas jalan yang ada. Tidak ketemu,” papar Whisnu.
Anak mendiang politisi kawakan PDI Perjuangan Soetjipto ini mengusulkan ada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola Bus Suroboyo. “Atau bisa dikerjasamakan dengan Perum Damri dan bagi hasil,” sebutnya.
Keberadaan lembaga yang khusus menangani Bus Suroboyo itu membuat Dinas Perhubungan (Dishub) tidak perlu lagi mengelola seperti sekarang ini.
Sebagaimana diberitakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akhirnya menyerah untuk merealisasikan proyek angkutan massal cepat, trem, yang sudah digagas sejak awal menjabat di tahun 2010 lalu. Risma mengatakan, saat ini untuk bisa merealisasikan proyek trem yang sudah lama ia rencanakan, susah. Terlebih waktu jabatannya hanya tersisa dua tahun ke depan.
Sedangkan saat ini, kejelasan proyek trem terutama masalah pendanaan fisik dan infrastruktur juga belum jelas. Hal tersebut menjadi kendala utama yang akhirnya harus menyerah pada kenyataan untuk tidak mengejar realisasi proyek trem.
“Nggak bisa (terealisasi), karena saya tinggal dua tahun. Sedangkan konstruksi angkutan massal itu butuh dua tahun, jadi nggak mungkin saya (yang merealisasikan),” kata Risma, saat jumpa pers, Senin (10/12/2018). (ano/yan)