Kota Batu

Petani Batu Pilih Cara Konvensional Dari Pada Sistem Organik

Diterbitkan

-

Petani Batu Pilih Cara Konvensional Dari Pada Sistem Organik

Petani, menurut Sahek, harus pintar-pintar mencari solusi dengan cara mengatur masa tanam komoditas sayuran yang ditanam dengan seledri dan bawang prei. Meskipun harga kedua sayuran itu cukup tinggi, perawatannya oun terbilang sulit.

Tidak seperti sawi daging yang cukup dengan pemberiaan pupuk, mes dan penyiraman sekali dalam sehari. Tak hanya itu, ia mengatakan petani juga tidak bisa menentukan harga.

“Kebanyakan tengkulak langsung datang ambil sayur. Begitu juga harga mereka yang menentukan,”

Terpisah, Kepala Desa Sumberejo, Riyanto mengatakan jika pertanian yang dikelola oleh masyarakat desa belum sepenuhnya organik. Padahal, seperti di Desa Sumberejo sebagai desa pertanian, memiliki berbagai komoditas, mulai sawi daging, seledri, bawang prei, tomat buah, cabe besar, brokoli, andewi, selada bistik, lettuce hingga brongkol.

Advertisement

“Mayoritas pertanian masih konvensional. Karena untuk pertanian organik, petani masih kesulitan dalam pemasaran hasil panen,” ujar Riyanto

Tambah Riyanto, selain kesulitan memasarkan untuk beralih ke pertanian organik harus tersertifikasi terlebih dahulu. Karena itu, beberapa persyaratan menejemen dan teknis harus terpebuhi semua. Hal itu membutuhkan waktu cukup lama.

“Dulu, tahun 2012-2015, petani pernah memiliki sertifikat produk pertanian organik. Namun sekarang tidak berlanjut,” bebernya.

Untuk sertifikasi organik hanya berjangka waktu tiga tahun. Setelahnya harus dilakukan sertifikasi kembali sehingga hanya ada beberapa orang saja yang bertahan dengan pertanian berbasis organik. (lih/yan)

Advertisement

Laman: 1 2

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas