Surabaya
Rias Pengantin Tradisional Dikemas Modern
Rupanya tak hanya praktikum saja yang ditampilkan dalam sebuah event besar dan ditonton oleh sejumlah pengunjung, namun juga sekaligus dilombakan. Untuk pemenangnya dinilai secara total look, mulai dari membuat sanggul, memakai perhiasan, hingga memakai busana.
“Semua ada nilainya tetapi mereka memang mahasiswa jadi sudah punya penilaian sendiri di kelas. Dari disini, nanti murni dari hasil hari ini. Tapi belum tentu nilainya sebagus saat dia ada di kampus. Jadi di kampus itu sudah punya nilai dan di sini untukmu sini memang mereka di gelar supaya mereka punya satu keberanian, karena nantinya akan terjun ke masyarakat jadi harus bisa,” urainya.
Sementara itu, Anggita Ghea, mahasiswa semester 5 yang telah merias model pengantin dengan Adat Toraja mengaku mengalami kesulitan dalam praktiknya.
“Banyak kesulitannya, apa lagi saat menyanggul, itu yang sangat sulit, karena terlalu banyak aksesoris,” kata Anggita.
Teknik merias wajah yang sudah diterapkan sejak semester dasar (semester 1) ini memang mempelajari metode periasan mulai dari tradisional hingga modern. Dari ilmu yang didapat sejak awak duduk di bangku perkuliahan, Anggita ingin mengembangkan sayapnya di dunia MUA.
“Lebih mengenal adat-adat pengantin Indonesia kalau dirias saat kuliah. Untuk ke depannya ya saya ingin membuka sanggar rias sendiri, karena hobby saya dari SMP memang sudah suka make up,” tutupnya. (est/ano/yan)