Kabar Desa
Seni Sanduk Bang Miun Kota Batu Berikut Sepenggal Sejarah Singkat
Memontum Kota Batu – Seni Sanduk yang sering tampil di semua kegiatan di wilayah Kota Batu, ternyata bukan sekadar seni tari biasa. Gaya tariannya yang khas dan gerakannya yang selaras serta penuh kekompakan seirama, menjadi bagian dari seni ini.
Baju Pesa’an atau baju adat Madura yang dikenakan, berikut kumis tebal sambil menenteng Monten atau sebuah senjata sejenis Clurit namun gagangnya panjang, menjadi kekhasan seni ini. Tidak terkecuali, seni yang ditampilkan oleh Grup Kesenian Sanduk Bang Miun, yang sebenarnya adalah sebuah singkatan dan bukan nama seseorang.
Tokoh Sanduk Kota Batu, Katarina Dian, menceritakan bahwa Grup Seni Sanduk Bang Miun berasal dari Kampung Meduran, Kelurahan Sisir, Kota Batu. Tarian gagahnya yang khas, ditambah dengan baju yang dikenakan, membuat grup sanduk ini dinantikan pada setiap acara.
Ditambahkannya, semua mengenal nama kelompok ini dan bukan hanya karena kepiawaiannya semata dalam menari Sanduk. Tetapi, juga karena gebrakannya yang kala itu melawan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat 30 September 1965.
“Kekuatan PKI di Kota Batu pada tahun 1965, berada di jantung kota. Mereka memanfaatkan daerah Stamplat (terminal), yang dahulu berada di belakang bangunan yang kini menjadi Batu Plaza. Kemudian, di tempat itu dibangun monumen berukuran besar, lambang Palu- Arit, yang kemudian dihancurkan oleh Bang Miun,” terangnya, saat berada di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Minggu (01/10/2023) tadi.
Baca Juga :
Lalu, mengapa di sini ada sebutan Bang Miun, paparnya, karena Bang Miun sebenarnya bukan nama orang. Tetapi singkatan dari Barisan Antar Generasi Muda Islam Umat Nahdliyin. Awalnya, konsen pada Pencak Silat kemudian berkembang menjadi kesenian Sanduk.
Bahkan, tujuan awal Bang Miun merupakan bagian dari Banser NU, untuk mengawal Kyai dan NU. Karena itu, didirikan di Kampung Meduran, Kelurahan Sisir, Kota Batu, bersama beberapa pendekar Pencak Silat.
“Jadi, Bang Miun berdiri pada Juli tahun 1965. Salah satu tokoh pendirinya adalah Untung Sutrisno, seorang pemuda yang aktif dalam organisasi Gerakan Pemuda Anshor NU,” tuturnya.
Kebanyakan anggota Bang Miun, ujarnya, saat itu adalah petani dan pedagang. Bahkan, dahulu anggotanya kebanyakan keturunan Madura, namun seiring perkembangan zaman, kini anggotanya berasal dari berbagai suku di Indonesia yang tinggal di Kampung Meduran. Dan, salah satu komitmen yang dilakukan anggota Bang Miun adalah yakni ikut menyiarkan dan mengenalkan NU minimal pada lingkungan sekitar.
“Dari Bang Miun, di sini kita Seniman Sanduk tetap memiliki kewaspadaan khususnya paham komunis dan radikal agar tidak ada bahkan tumbuh dengan kegiatan sosial keagamaan serta peka terhadap situasi Kamtibmas,” ujarnya.
Katarina menegaskan, Kota Batu yang menjadi salah satu destinasi tujuan wisata di Jawa Timur, saat bertepatan dengan gerakan 30 September PKI ini, masyarakat selalu teringat dengan perjuangan barusan pemuda yang bernama Sanduk Bang Miun. “Artinya, Sanduk bukan sekadar tarian biasa. Tapi, mempunyai sejarah dalam perjuangan melawan PKI pada 30 September 1965,” ujarnya. (put/sit)