Berita
Tatanan Anyar Pernikahan Nusantara di Masa Pandemi Covid-19
Memontum Kota Malang – Di masa pandemi Covid-19, semua masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan. Begitu juga di acara pernikahan yang mengundang banyak orang. Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, Forum Komunikasi Pangarsa Pambiwara (FKPP) Jatim bersama paguyuban pembawa acara Malang Raya sebagai tuan rumah melaksanakan simulasi pernikahan di masa pandemi di Taman Krida Budaya Jl Soekarno-Hatta, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (12/7/2020).
Menurut keterangan H M Zainuri SPd, pihak penyelengara saat bertemu Memontum.com pada Selasa (14/7/2020) sore, menceritakan bahwa simulasi temu manten sesuai tatanan baru normal gagrak mahkuto nuswantoto ini dilaksanakan untuk pelaksanaan pernikahan di masa pandemi.
” Selama pandemi ini, MC, dekor, rias tidak bekerja. Kita sampaikan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi kita memiliki cara melaksanakan acara pernikahan yang tetap mematuhi protokol kesehatan. Kita diminta praktek langsung simulasinya,” ujar Zainuri.
Mulai tamu yang datang dengan mencuci tangan, hand sanitizer, pengecekan suhu badan dan harus memakai masker. ” Kalau ada yang suhu badannya diatas 37 derajat, akan ada ruang isolasi. Hadir dalam acara ini MC se jawa Timur.
Kita juga bekerja sama dengan Harpi. Proses mantenan diawali mijil sampai pada sungkeman. Berbeda dengan acara mantenan sebelum Covid-19. Kalau sebelumnya manten laki-laki kalau masuk ketempat temu digandeng orang tua atau sesepuh. Di masa pandemi ini manten laki-laki berjalan didepan orang tua atau sesepuh mengikuti di belakang,” ujar Zainuri.
Jika sebelumnya ada pager bagus dan pager ayu, yang tugasnya membawa kembang mayang, saat ini digantikan dengan wanudyo ayu yang jumlahnya hanya 2 orang.
” Saat ini kita sepakati Gagrak mahkuto nuswantoto. Ada perbedaan misalnya saat orang tua memberikan air minum kepada manten berdua, sekarang tidak lagi. Saat ini hanya sekedar menberikan, manten nya meminum sendiri. Untuk sungkeman tetap dilaksanakan. Sebab ruhnya ada disitu. Ridho yang kuasa juga terletak diridhonya orang tua. Sungkem besan memakai plastik transparan. Manten semuanya pakai masker dan sarung tangan,” ujar Zainuri.
Pihaknya berharap dengan adanya simulasi ini, bisa diterapkan pada acara-acara pernikahan dengan mematuhi protokol kesehatan. ” Pernikahan kecil, besar di desa maupun di gedung harus selalu mematuhi protokol kesehatan,” ujar Zainuri.
Prof Drs Ki Djathi Kusumo Bsc, sesepuh Budayawan Kota Malang, yang juga hadir dalam acara simulasi tersebut sangat mengapresiasi.
“Dampak internasional dari virus yang katanya jahat ini, timbul kreasi baru standar normal teknis perkawinan. Supaya masyarakat tidak takut lagi melaksanakan itu. Sebab kultur bangsa kita kalau punya hajat tidak mengundang saudara mesti seperti gelisah. Pernikahan diatur seperti ini teknis sementara sukur-sukur nanti bisa berkembang lagi,” ujar Ki Djathi Kusumo.
Selama pendemi Covid-19, sebagai seniman klasik, Ki Djanti merasa gelisah sedih dengan rekan-rakan seniman yang bekerja seperti tukang ngenong, tukang bonang dan lainnya.
“Kalau Dalang mungkin masih punya tabungan. Tapi tukang ngenong, tukang meking, tukang bonang, terkadang saya nangis. Saya kelilingi rumah mereka. Saya bukan orang kaya, tapi kalau bisa berbagi perasaan itu rasanya senang banget,” ujar Ki Djathi Kusumo.
Menurutnya dalam aksa jawa, Corona bisa diurai.
” C dari Ha Na Ca bisa artikan wingi-winginane. O nol, suci luhur. Hidup ini hukumnya plus dan minus. Plus itu angkasa, minus itu bumi. N itu sigma artinya tidak terbatas. Corona ada bersamaan dengan adanya bumi dan manusia sudah beribu tahun lalu. Leluhur kita hidup sangat akrap dengan alam. Antisipasi meminimalisir memakai bahasa alam. Seperti pakai lombok empling yang memiliki gas tertentu mampu mengantisipasi datangnya virus karena nano nya lebih lembut lagi,” ujar Ki Djathi.
KRT M Herwanto Dwijodipura Suranata, S.Pd. selaku ketua Pakasa Malang juga hadir dalam simulasi ini.
” Kita perwakilan Pekempalan kawula Surakarta Hadiningrat. Kita mengawal atas perkembangan budaya yang sudah ada. Kita menemukan formula baru dari teman-teman FKPP Jatim didukung Harpi Melati Malang, mencetuskan ide baru Mahkota Nusantara. Covid -19, juga disebut mahkotanya virus. Makanya punya tandingan Mahkota Nusantara. Dalam acara kemarin adanya sesawur beras kuning dan kembang setaman sebagai wujud tolak balak oleh Ki Djathi Kusumo. Kami sangat mengapresiasi itu,” ujar Herwanto.
KRH Gus Ripno Waluyo, SE, SPd, S.H hadir dalam acara simulasi pernikahan untuk memberikan suport agar para pambirawa tetep semangat.
” Harus bangkit lagi untuk terus bekerja dan melestarikan kebudayaan sesuai dengan ketrampilan dan selalu kompak saling berbagi rezeki dalam bekerja sesama pambirawa Semalang Raya. Situasi corona bukan penghalang kita bekerja dan berkarya. Kita bekerja tetep mengunakan anjuran kesehatan dan tata cara menghadapi corona,” ujar Gus Ripno. (gie/yan)