Kota Malang
Tim Indonesia Gagal Ikuti All England, Menpora Monitor Kelanjutan Gugatan NOC Pada BWF
Memontum Kota Malang – Permasalahan yang menimpa tim bulu tangkis Indonesia saat gelaran turnamen tertua di dunia, All England, masih jadi perbincangan hangat. Keputusan National Olympic Committee (NOC) yang resmi layangkan gugatan untuk Badminton World Federation (BWF) ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS) juga tengah ditunggu-tunggu hasilnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali, pun angkat bicara. Usai meninjau Stadion Gajayana Kota Malang sebagai tempat latihan salah satu tim peserta Piala Menpora, Borneo FC, Zainudin mengatakan, bahwa pihaknya akan mengawal dengan bijaksana gugatan tersebut.
Baca Juga : Tinjau Lokasi Latihan Borneo FC, Menpora Beri Apresiasi
“Untuk gugatan tersebut kelanjutannya bagaimana, kita monitor saja apa yang akan dilakukan oleh NOC dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Karena posisinya sebagai pemerintah, jadi kapasitas kami melalui Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) adalah mengupayakan bagaimana para atlit kita tidak terlalu lama karantina di Inggris. Selanjutnya kita mengupayakan supaya mereka cepat pulang ke Indonesia dan psikis terjaga,” ujarnya.
Lanjut Zainudin, dalam upaya yang dijelaskannya itu, pemerintah sudah hadir dan melakukan tugasnya. Sehingga para pemain bisa lekas kembali ke Indonesia di tanggal 21 Maret 2021 lalu, setelah sebelumnya United Kingdom National Health Service (NHS) mewajibkan tim Indonesia melakukan karantina 10 hari hingga tanggal 23 Maret 2021.
“Saya kira yang paling penting adalah bagaimana kejadian itu tidak terulang kembali di turnamen-turnamen berikutnya. Karena kita masih akan menghadapi tiga turnamen yang punya point menuju Olimpiade,” katanya.
Sehingga Zainudin sangat berharap dengan adanya kejadian yang sangat merugikan bahkan menyakitkan tim bulu tangkis Indonesia ini, ke depan ada evaluasi besar-besaran berkaitan dengan sistem penyelenggaraan turnamen.
“Terlebih saat dilangsungkan kompetisi kita harus adaptasi juga dengan kebijakan negara masing-masing tentang penanganan Covid-19. Karena kita tahu aturan setiap negara pasti berbeda,” tegasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, bahwa tim Indonesia menurunkan 2 pemain tunggal putra, 3 pasang ganda putra, 1 pasang ganda campuran, dan 1 pasang ganda putri pada ajang turnamen Yonex All England Open 2021 pada 17 Maret lalu. Ketika babak pertama berlangsung, tim Indonesia dipaksa mundur dari turnamen, setelah NHS mengumumkan bahwa 24 rombongan PBSI berada pada satu pesawat yang sama dengan penderita Covid-19 ketika penerbangan menuju Birmingham. Oleh karena itu NHS memberikan kriteria ‘kontak dekat’ pada tim Indonesia yang terdiri dari atlit, pelatih, dan official.
Hasil tes Swab tim Indonesia pun selalu menunjukkan negatif. Namun ketika meminta tes ulang setelah mendapat kabar tersebut, pihak panitia tidak memperbolehkan tim Indonesia melakukannya, dan tetap harus karantina selama 10 hari. Sehingga mereka tidak bisa melanjutkan pertandingan, padahal sebelumnya Jonatan Christie, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo sempat berlaga pada Round-32 dan memenangkan pertandingan.
Lima hari setelah insiden pemaksaan mundur tim Indonesia di ajang All England, Presiden BWF, Poul Erik Hoyer Larsen, melayangkan surat permintaan maaf. (mus/ed2)