Hukum & Kriminal
Tur Wisata SMPN 1 Beji ke Bali Harus Balik, Putra Jurnalis Online Pasuruan Dikeroyok Pelajar
Diduga Terprovokasi Ulah Share Berita Online Oknum Guru
Memontum Pasuruan – Seorang pelajar SMPN 1 Beji Pasuruan, putra jurnalis Memontum.com, menjadi korban penganiayaan teman sekolah, diduga gara-gara musti balik dari tur wisata di Bali. Saat gencar Pencegahan Antisipasi penyebaran Virus Corona, Jadi pertanyaan, libur panjang malah bisa wisata ke Bali? Aman?
Informasi didapat Memontum.com langsung dari ayah korban, penganiayaan terhadap anaknya bukan tanpa sebab musabab, melainkan diduga terprovokasi hasil share berita online salah satu media daring.
Orang yang share atau penyebar berita dalam medsos WhatsApp, ditengarai seorang oknum guru sekolah sehingga hasil share sang oknum memicu kemarahan siswa berujung penganiayaan.
Diceritakan kronologis kejadian, bermula, tengah merebak isu bahaya virus Corona, pihak SMPN 1 Beji Pasuruan “nekat” memberangkatkan rombongan tur wisata ke Bali, Senin (16/3/2020) siang. Ada 4 bus rombongan ini.
Alasan sang kepsek, seminggu sebelum berangkat, pihaknya telah mendapat izin dari Kadispendik Kabupaten Pasuruan, surat jalan Polsek Beji serta tanda tangan sejumlah wali murid.
Dalam perjalanan naik perahu, bersamaaan rilis pers Bupati Pasuruan agar, tidak dilaksanakan wisata ke luar dan aktifitas bergerombol juga aktifitas ASN ke luar wilayah. Pihak kepsek sendiri mengakui telah diminta kembali ke Pasuruan.
Ia mengaku posisi kapal dalam perjalanan menuju Bali, bertepatan dengan dimintanya kembali balik atau pembatalan tur wisata. Permintaan kembali daei penanggulangan penyebaran virus covid-19 pemkab Pasuruan, seolah tidak digubris.
Dalih sang kepsek, tidak dapat membatalkan tur karena dalam posisi kapal akan menyeberang atau telah berlayar ke dengan pulau Dewata. Tur wisata ini pun tetap berjalan, mendatangi sejumlah destinasi wisata. Ada 6 tujuan wisata.
Sang kepsek pun beralasan, dalam tur wisata telah mengikuti prosedur dengan tetap berkomunikasi dengan tim kesehatan, pemakaian masker, menjauhi keramaian di lokasi wisata.
Namun, gencarnya permintaan balik dari Satgas, barulah muncul “kesadaran” pihak penanggungjawab tur untuk segera kembali ke Pasuruan. Dua destinasi wisata pun dibatalkan untuk dikunjungi.
Gencarnya isu virus Corona tentu menimbulkan kekuatiran keselamatan anak. Beberapa wali murid telah menghubungi pihak sekolah. Salah satunya, wali murid atau orangtua korban dan bermaksud menjelaskan bahayanya Bali–karena termasuk daerah dengan positif Corona.
Sementara itu, pihak sekolah berdalih sebagian besar wali murid lainnya telah sepakat menyetujui adanya tur ke Bali, disamping itu karena telah pula membayar biaya Rp 800 ribu. Mau tak mau, kemauan anak yang keras pula meluluhkan hati orangtua korban untuk melepas sang anak turut serta mengikuti tur.
Kabar soal keberangkatan tur ke Bali di liburan sekolah itu rupanya terdengar jurnalis media daring, pojokkiripasuruan.com. Sejumlah berita berhasil ditayangkan pojokkiripasuruan.com.
Jurnalis pojokkiri kemudian memberitakan bahwa Kabupaten Pasuruan diduga telah “kecolongan” dengan kegiatan di luar sekolah–dalam bentuk rombongan–menuju Bali dan “berwisata” di tengah gencarnya antisipasi penyebaran virus Corona.
Adapula keterangan wali murid yang berusaha menyadarkan bahayanya menuju Bali. Pasalnya, Bali termasuk wilayah dengan 1 pasien bule positif Corona dan telah meninggal.
“Rombongan study tour SMPN Beji di jemput dan diminta pulang satgas. Saat ini rombongan bus sudah perjalanan pulang ke pasuruan,” cerita ayah korban kepada Memontum.com, Rabu (18/3/2020) tengah malam.
Nah, dalam kegagalan tur menuju 2 destinasi wisata dan kesegeraan balik ke Pasuruan itulah, anak jurnalis Pasuruan menjadi korban pengeroyokan siswa lainnya.
Kegeraman para siswa ini terpicu adanya share berita online di grup medsos WA sekolah dan isi beritanya membuat kecurigaan pelaku bahwa si anak berhubungan dengan berita online.
Terlebih, dalam berita online tersebut, terpasang sejumlah foto-foto kondisi rombongan tur dalam bus. Selain foto, narasumber dalam berita disebut dengan inisial yang merupakan seorang wali murid dari salah satu siswa.
“Anak saya jadi korban pemukulan oleh teman-temannya satu bis. Hal ini dikarenakan semua tahu bahwa orangtuanya adalah wartawan. Saya tidak terima atas perlakuan itu, ” ungkap orangtua korban kepada Memontum.com.
Menurut bapak korban, dari percakapan WA antara adaknya dan sang Istri terungkap bahwa ada dugaan kuat, ulah seorang wali menyebarkan berita online, memicu adanya kericuhan sehingga terjadilah pemukulan terhadap korban.
“Nanti (Kamis/19/3/2020) pukul 03.00 rombongan tour SMPN 1Beji dari Bali akan tiba dan diobservasi di RS Grati Pasuruan. Selaku orangtua, saya menuntut 4 pihak,” tegas ayah korban, sekitar pukul 01.00.
Empat tuntutan tersebut yakni pertanggungjawaban dari pihak pelaku pengeroyokan atau siswa-siswa terlibat, wali kelas, kepala sekolah SMPN 1 Beji dan Kadispendik Kabupaten Pasuruan.
“Jika nantinya benar adanya tindakan penganiayaan terhadap.anak saya, maka akan saya lakukan visum dan membawa perkara ini ke proses hukum,” urai orangtua korban. (sos/hen/yan/tim)