Kediri
Vakum Dua Tahun, Mas Dhito Berangkatkan Kirab Ritual 1 Suro Sri Aji Joyoboyo
Memontum Kediri – Kejayaan Kerajaan Kediri tidak lepas dari kemasyhuran Prabu Sri Aji Joyoboyo. Raja yang memerintah pada 1135-1157 Masehi, itu namanya begitu dikenal luas oleh masyarakat Jawa, bahkan nusantara salah satunya lewat kitab Jangka Jayabaya.
Raja Joyoboyo dengan kejernihan batinnya, dipercaya mampu melihat jauh ke depan, membaca peristiwa atau gejala alam dengan menembus dimensi waktu ratusan hingga ribuan tahun yang akan datang. Mengenang kebesaran Sri Aji Joyoboyo, setiap awal tahun baru Islam diperingati dengan kirab upacara ritual 1 Suro di Pamuksan Sri Aji Joyoboyo. Upacara adat yang dimulai dari Desa Menang, Kecamatan Pagu, itu diberangkatkan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana.
“Saya selaku kepala daerah sangat mensuport kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk instropeksi diri, untuk melihat apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan,” kata Mas Dhito-sapaan akrab Bupati Kediri, Minggu (31/07/2022) tadi.
Upacara adat yang pertama kalinya digelar setelah tiga tahun, itu tidak diadakan akibat Pandemi Covid-19, pun menarik minat masyarakat untuk datang. Sepanjang jalur, dipenuhi masyarakat yang ingin melihat lebih dekat jalannya kirab.
Baca juga :
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Transformasi Layanan Kesehatan Primer, Dinkes Kabupaten Malang Kick Off ILP di Pendopo Agung
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan Calon Wali Kota Bunda Fey
- Respon Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Kediri, Ini Penjelasan Ketua Fraksi PAN DPRD
Usai melakukan prosesi di Pamuksan Sri Aji Joyoboyo, kirab dilanjutkan menuju Sendang Tirto Kamandanu yang berjarak sekitar 200 meter. Sendang ini disebut patirtan, atau mata air yang dianggap suci dan digunakan pada masa pemerintahan Prabu Sri Aji Joyoboyo.
Sendang Tirto Kamandanu yang tetap dilestarikan hingga saat ini, itu berdasarkan keyakinan masyarakat digunakan oleh Prabu Sri Aji Joyoboyo untuk bersuci sebelum parama mokhsa atau kembali menghadap Tuhan beserta raganya. “Insyaallah, Pemerintah Kabupaten Kediri akan memperbaiki baik itu tempat kaputren maupun untuk yang putra, itu nanti akan kita rehab,” ujar Mas Dhito.
Perwakilan dari Yayasan Hondodento Yogyakarta, Chatarina Etty, yang merupakan pemrakarsa dan pemandu jalannya upacara mengakui dua tahun selama pandemi kirab 1 Suro tidak dapat diadakan. Beruntung, tahun 2022 ini upacara kirab 1 Suro sudah diperbolehkan untuk diadakan. Sehingga, dapat membangunkan kembali semangat berbudaya masyarakat.
“Dengan peringatan 1 Suro ini, kita sangat berharap masyarakat di nusantara guyub rukun, toleransi dan gotong royongnya semakin tinggi,” tuturnya.
Dirinya meyakini, peserta yang mengikuti upacara ritual 1 Suro sangat peduli dengan budaya di nusantara. Sehingga, semua dapat belajar dari keteladanan Prabu Sri Aji Joyoboyo yang merakyat, membawa kebaikan kepada rakyat dan kemakmuran bagi kerajaannya. (kom/pan/sit)