Lumajang
Wujudkan Kemandirian Pupuk, Komunitas Wani Gosong Lumajang Ajak Wujudkan Pola Pertanian Organik
Memontum Lumajang – Komunitas petani organik ‘Wani Gosong’ Desa Jarit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, melakukan kunjungan ke petani tembakau di Dusun Maduran, Desa Sarikemuning, Kecamatan Senduro-Lumajang, Rabu (25/05/2022) tadi. Kegiatan ini sengaja dilakukan, sebagai tindak lanjut proses pembelajaran pada petani tembakau, untuk berpola pertanian organik.
Koordinator Komunitas Petani Organik ‘Wani Gosong’, Ali Sujarwo, mengatakan bahwa keberadaan organisasinya bergerak ke petani-petani di Kabupaten Lumajang. Tujuannya, untuk mengenalkan misi, yakni ‘Memayu Hayuning Bawono’. Yang artinya, memperindah dunia yang sudah indah dengan cara memakai pola pemupukan organik berbahan dari alam yang dibuat sendiri.
Sehingga, tambahnya, pemakaian pupuk tidak sampai merusak lahan pertanian dengan bahan kimia yang sudah mulai masuk ke lahan pertanian mulai tahun 70 an. “Sekarang kita bisa lihat, bahwa ekosistem kita sudah rusak. Terutama rantai makanan, yang akibatnya lahan pertanian kita rentan oleh hama. Kondisi ini, belum lagi pencemaran air dari limbah rumah tangga yang di buang ke saluran air yang bermuara di lahan pertanian kita,” ujarnya.
Baca juga:
- Sukses Hantarkan Penghargaan Kabupaten Malang Berpredikat ODF, Dinkes Ganti Program Jambanisasi
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Transformasi Layanan Kesehatan Primer, Dinkes Kabupaten Malang Kick Off ILP di Pendopo Agung
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan Calon Wali Kota Bunda Fey
Disisi lain, tambahnya, kesuburan tanah kita makin tidak subur. Sehingga, produktivitas lahan kita makin kecil dan akibatnya petani makin merugi. Sementara kondisi tanah kita, makin asam dan kandungan mikro organisme ditanah kita juga makin kecil atau rata-rata di bawah 1 persen akibat penggunaan bahan kimia yang terlalu masif.
“Petani kini sangat tergantung bahan kimia pabrikan, di usaha pertaniannya. Sehingga, biaya produksinya makin naik. Itulah, tujuan misi kami, yaitu mengajak petani berpola organik agar tidak tergantung pada pupuk dan obat-obatan kimia pabrikan. Karena, petani bisa membuat sendiri,” terangnya.
Dalam minggu ini, jelasnya, juga mengagendakan edukasi petani. Seperti di Dusun Karanganyar, Desa Burnosenduro, untuk mengolah kotoran sapi perah yang selama ini mencemari Kali Ireng-ireng.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPC HKTI) Lumajang, Iskhak Subagio, menambahkan bahwa kegiatan seperti ini sudah seharusnya di apresiasi oleh pemerintah daerah Kabupaten Lumajang. Karena, mereka adalah relawan petani yang membantu program Lumajang Bumi Organik.
“Karena bicara tentang pertanian, kita harus bergerak bersama tanpa ego sektoral. Tujuannya, agar semua potensi yang ada di Kabupaten Lumajang, bisa terlibat. Dari minimnya anggaran di Dinas Pertanian, kehadiran para relawan tani ini bisa membawa warna lain, karena petani bisa belajar bertani bersama untuk mewujudkan kemandirian petani itu sendiri,” tegasnya.
Tentunya, ujar Iskhak, ini merubah pola pertanian berbasis kimia ke pola pertanian berbasis alam (organik). Dengan melibatkan semua komunitas berlatar belakang petani, diharapkan langkah terwujudnya Lumajang Bumi Organik, akan mudah dicapai secara produksi.
“Padi kita surplus tetapi untuk jagung dan kedelai kita masih impor. Pertanian yang selalu tumbuh disela permasalahan petani, itu merupakan bukti bahwa petani kita adalah sangat tangguh dan tetap optimis dalam segala kondisi. Mereka tetap semangat bertani walaupun merugi. Sehingga, jangan jadikan petani kita sebagai ‘pejudi sejati’. Sehingga, perlu koordinasi dari tingkat daerah sampai pusat untuk memfokuskan kebijakan petani agar berpihak pada petani itu sendiri dan harus semua kementrian dan dinas, terlibat aktif,” terangnya. (adi/sit)