SEKITAR KITA
Disporapar Dorong UMKM Pariwisata Rambah E-Commerce dan Terapkan Transaksi Non-Tunai
Memontum Kota Malang – Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, mengadakan Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Pedagang Wisata Belanja Tugu (WBT) dan Malang Night Market, Senin (15/03) tadi.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Malang, Sutiaji dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Malang, Widayati Sutiaji.
Dalam kesempatan tersebut, para pedagang WBT maupun Malang Night Market diharapkan bisa merambah ke e-commerce untuk memperlebar jangkauan dagangannya.
“Kita dorong para pedagang itu untuk melebarkan sayap ke e-commerce. Sehingga, ranah penjualan bukan di situ saja. Tetapi dia bisa mempublish sampai skala global,” jelasnya.
Baca juga: Maksimalkan Co-Working Space, Disporapar Perkuat Sinergi dengan Berbagai OPD
Selain itu Pemerintah Kota (Pemkot) Malang juga akan memberikan bantuan pelatihan terkait penjualan produk. Seperti cara memotret produk supaya bisa terlihat menarik.
“Tapi nanti siapa saja yang menerima bantuan itu ada penyaringan. Produk yang dipublish pun juga diakurasi dulu. Ada kuota, artinya apakah produknya sudah layak di pasar global atau tidak,” tambahnya.
Disamping itu, Kepala Disporapar, Ida Ayu Made Wahyuni, menjabarkan dalam giat kali ini juga menghadirkan tiga narasumber.
Pertama Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) yang akan memaparkan tentang smart city. Kemudian dari Dinas Kesehatan (Dinkes) tentang pentingnya higienitas bagi pengusaha kuliner untuk menyiapkan makanan, sehingga membuat nyaman wisatawan atau masyarakat yang berkunjung.
“Kemudian dari Bank Jatim yang akan menjelaskan tentang aplikasi QRis. Kita berupaya untuk transaksi non tunai. Karena para pedagang utamanya di Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pariwisata belum sepenuhnya menerapkan aplikasi berbasis IT untuk transaksinya,” tambahnya.
Wanita yang akrab disapa Ida itu mengharapkan, ke depan semua pedagang di WBT maupun Malang Night Market bisa menggunakan aplikasi untuk transaksi non tunai.
Meski begitu, pihaknya akan tetap berproses sedikit demi sedikit untuk mewujudkan smart economy tersebut.
“Kita harapkan semua bisa karena itu kan pakai Android. Kalau saya lihat, di wisata belanja Stadion Gajayana hampir sebagian besar mereka punya Android. Sedangkan yang di Velodrome sebagian besar tidak, jadi belum bisa maksimal semuanya. Tapi kita harus memulai, lama-lama mereka akan bisa dan terbiasa,” tuturnya. (mus/sit)