KREATIF MASYARAKAT
Toron Petolekoran, Sebuah Tradisi Meninggalkan Pulau oleh Masyarakat Pulau Gili Probolinggo untuk Berbelanja Menyambut Lebaran
Memontum Probolinggo – Bagi warga Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, kebiasaan berbelanja menghadapi Hari Raya Idul Fitri, sudah menjadi bagian tradisi adat secara turun temurun. Bahkan, penduduk di pulau yang tidak terlampau besar di sisi Utara lepas pantai Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, itu menyebutnya sebagai tradisi ‘Toron Petolekoran’.
Dalam tradisi ini, warga Gili, harus menempuh perjalanan laut sejauh 3 mil untuk menuju Kota Probolinggo, guna belanja kebutuhan Lebaran. Selain itu, tidak sedikit yang mengemasnya sekaligus belanja untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga:
- Di 10 Merchant Ini Kamu Bisa Pakai Ultra Voucher Gift Card Sebagai Alat Pembayaran
- Ajang Top BUMD Award 2021, Bupati Trenggalek Dinobatkan jadi Top Pembina
- Diguyur Hujan Lebih Dari 10 Jam, Gedung Balai RW Pandanwangi Ambruk
Tradisi meninggalkan pulau untuk berbelanja, merupakan bentuk menjaga tali silaturahmi masyarakat Pulau Gili Ketapang, dengan warga lain. Tradisi turun temurun menjelang Idul Fitri ini, sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka hingga saat ini.
Masyarakat Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, hingga kini terus menjaga tradisi ini. Seperti yang nampak, pada menjelang Idul Fitri, tahun ini. Tradisi dari zaman nenek moyang itu bernama Petolekoran, yang artinya puasa sudah memasuki 27 hari.
“Kami harus menempuh jarak hingga hampir sehari penuh, untuk sampai ke sini atau dari pulau kami. Tradisi ini, pasti berlangsung dan kami mulai setiap hari ke 27 Ramadhan. Ribuan jumlah penduduk Gili, harus berbelanja kebutuhan Lebaran” ujar H Usman, warga Gili, yang dijumpai disalah satu dept store di Kota Probolinggo, seraya menambahkan, karena saat ini sedang dalam musibah adanya Covid-19 maka warga melakukannya lebih awal.
Menurutnya, tradisi atau kebiasaan bersama warga setempat, sudah ada sejak zaman nenek moyang. “Sebelum hari ini, warga tidak berbelanja untuk kebutuhan lebaran sepeti kue, baju atau kebutuhan pokok lainnya, yang dibutuhkan saat lebaran tiba,” imbuhnya, Minggu (09/05) tadi.
Warga lainnya, Narto, mengatakan warga yang mau mendatangi pusat perbelanjaan yang ada di Kota Probolinggo, menggunakan kapal penyeberangan tradisional dengan mengajak seluruh sanak keluarganya.
“Memang banyak yang berbelanja ke Kota Probolinggo. Kami beralasan, karena pasarnya lebih dekat. Kalau sudah memasuki hari ke-27 Ramadhan atau mendekati Idul Fitri, warga Gili melakukan belanja lebaran secara bersama,” ujarnya.
Ditambahkan, untuk mensiapkan rencana tradisi ini, mayoritas warga di sana sudah menabung untuk kebutuhan lebaran sejak setahun lalu. “Jadi saat tiba bulan puasa, tabungan sudah dicairkan oleh mereka. Memang tabungan ini, khusus untuk kebutuhan lebaran,” imbuhnya.
Kepala Desa setempat, meminta warga berbelanja tidak dalam waktu yang sama. Dirinya meminta, warga menghindari karumunan massa, serta mematuhi aturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah terkait protokol kesehatan.
“Tradisi ini biasanya sering dilakukan masyarakat Desa Gili, untuk berbelanja menjelang hari raya idul Fitri, berupa makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Tapi beberapa waktu kemarin, sudah mulai banyak warga Gili yang ke Kota Probolinggo,” ungkapnya. (geo/ed2)