Kota Malang
Yudit Perdananto, ASN Pemprov Jatim yang Koleksi Wayang Malangan
Memontum Kota Malang – Seorang ASN Pemprov Jatim asal Malang, Yudit Perdananto, memiliki ketertarikan tersendiri terhadap kesenian khas Bumi Arema, yakni Wayang Malangan. Bahkan, sekitar ratusan Wayang Malang, tertata apik dan rapi di koleksinya.
“Selain karena keunikannya, kecintaan terhadap kebudayaan tradisional sejak kecil jadi alasan saya, mengkoleksi ratusan Wayang Malangan. Saya punya cita-cita, untuk mengembalikan ruh wayang khas malangan,” ungkapnya, Sabtu (29/05).
Baca juga:
- Over Weight, Puluhan Personel Polres Trenggalek Lakukan Program Penurunan Berat Badan
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
- Masa Kampanye Pilkada 2024 Bakal Jadi Perhatian Operasi Zebra Semeru
Rumah pria yang terletak di Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang ini, penuh dengan ornamen-ornamen pewayangan. Perpaduan gaya modern dan ciri khas Jawa Timur-an, membuat para tamu betah mengunjunginya.
“Sejak kecil saya memang memiliki ketertarikan pada cerita-cerita fiksi berbau budaya Jawa. Kemudian tahun 1997 ketika sudah punya uang lebih, saya mulai bergerilya mencari wayang Jawa Timur-an,” jelasnya.
Bahkan, dirinya rela berkeliling ke pelosok daerah seperti Mojokerto, Jember dan Blitar. Kini, ratusan wayang dengan berbagai karekter telah dimiliki pria berusia 44 tahun itu.
Memang dirinya tidak secara khusus mengkategorikan bahan dasar wayangnya, ada yang dari kulit hingga kayu. Dirinya hanya mengumpulkan wayang yang dibuat oleh orang Malang asli.
”Ada juga yang usianya sudah ratusan tahun. Pokoknya saya kumpulkan, asalkan yang membuat orang Malang. Dulu saya punya sampai beberapa peti, terus dijual. Sekarang tinggal yang usianya ratusan, memang khas dan tidak ingin saya jual,” ujarnya.
Dijelaskan Yudit, Wayang khas malangan memang beda dari yang lain. Pasalnya, setiap desa di Malang Raya pasti memiliki pengerajin dengan ciri masing-masing. Dari keterangannya, mayoritas dari mereka mengadopsi penggambaran karakter Solo-an atau Mataraman-an.
“Karena Jawa Timur tidak memiliki pakem. Itulah ciri khas wayang yang tak dimiliki oleh daerah lain,” imbuhnya.
Berangkat dari hal tersebut, ayah dua orang anak ini berkolaborasi dengan seniman wayang di Kota Malang, untuk mengembangkan wayang dengan penggambaran ikon daerah. Seperti Singa, Tugu, Candi, dan lain-lain.
Tujuannya dalam rangka mewujudkan mimpinya untuk menjadikan wayang khas Malang eksis di kalangan masyarakat umum.
”Saya memang punya mimpi, kesenian tradisional Malang dikenal oleh semua orang. Apalagi kota ini sangat kaya akan seni tradisional,” ujarnya.
Tidak hanya berhenti disitu saja. pria berkepala plontos itu berharap, pemerintah lebih perhatian terhadap kesenian khas Nusantara. Terutama terhadap pencatatan sejarah. Hal ini dapat berguna bagi generasi muda yang akan datang.
“Mimpi saya adalah mencatat segala peninggalan seni tradisional. Malang sangat kaya, tapi sayang, tak ada rekam jejak. Sehingga semua hanya dipandang sebelah mata. Semoga mimpi bisa segera tercapai,” tuturnya. (mus/sit)