Pendidikan
Cegah Klaster Baru di 213 Sekolah yang Gelar PTM, Ini Langkah Dispendik Surabaya
Memontum Surabaya – Sebanyak 213 sekolah negeri dan swasta di Kota Surabaya sudah menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sejak beberapa waktu lalu. Jumlah itu terdiri dari 112 Sekolah Dasar (SD) dan 101 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka menggelar PTM terbatas setelah lolos asesmen dan sudah menggelar simulasi PTM.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo, menjelaskan bahwa awalnya PTM terbatas dilakukan untuk jenjang SMP mulai 6 September lalu. Seminggu kemudian, PTM jenjang SMP bertambah. Selanjutnya, mulai tanggal 20 September 2021, PTM terbatas mulai dilakukan pada jenjang SD.
Baca Juga:
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- HUT 79 Provinsi Jatim, Pj Gubernur Sematkan 10 Lencana Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya
- Belum Genap Sepekan Beroperasi, Bus Trans Jatim Koridor V Surabaya-Bangkalan Dilempar Batu
Selain itu, total SD yang sudah melakukan PTM terbatas mulai Senin (220/9/2021), sebanyak 112 sekolah, baik negeri maupun swasta. Sedangkan jenjang SMP 213 sekolah. “Jumlah ini terus bertambah dan dinamis seiring selesainya asesmen. Karena yang diasesmen sekarang ada sekitar 161 sekolah,” kata Supomo Kamis (23/9/2021), tadi.
Supomo memastikan, bahwa pelaksanaan PTM itu dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan tidak mau buru-buru membuka PTM sebelum lolos asesmen. Sebab, dia tidak ingin PTM itu menimbulkan klaster baru di Kota Surabaya.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Dinspendik menugaskan tim satgas mandiri sekolah beserta Kepala Sekolah. Yakni untuk selalu melakukan pemantauan dan pengamatan kepada siapapun yang masuk dan ada di sekolah.
“Kalau ada tanda-tanda tidak sehat, maka pihak sekolah wajib melakukan tindakan-tindakan dan meminta yang bersangkutan tidak beraktivitas di sekolah. Jadi, kalau dia guru bisa mengajar online dari rumah, dan kalau siswa kita minta untuk mengikuti daring dari rumahnya,” terangnya.
Supomo memastikan bahwa setiap sekolah diminta untuk melakukan evaluasi harian, dan hasil evaluasi itu dikirimkan kepada Dispendik Surabaya. “Nah, evaluasi harian itu kita sampaikan kepada para pakar. Biasanya kita rapat bersama pakar seminggu sekali untuk mengevaluasi PTM ini,” ujarnya
Lebiih lanjut ia menambahkan, pakar ini juga datang ke sekolah-sekolah untuk memantau langsung, sehingga mereka bisa mengikuti perkembangan PTM dan bisa lebih tepat dalam mengevaluasi. Sementara itu, Supomo mengaku bersyukur karena berdasarkan hasil evaluasi selama pelaksanaan PTM lebih dari dua pekan ini, tidak ditemukan hambatan apapun. “Namun, kadang masih ada siswa yang maskernya melorot, sehingga langsung diingatkan oleh satgas mandiri. Jadi, terkadang siswa itu lupa, sehingga kami ingatkan. Yang lain alhamdulillah sudah sesuai Prokes,” jelasnya (Ade/gie)