Pendidikan
Pagu Sekolah Tak Memenuhi, Disdikpora Tulungagung Berikan Tips
Memontum Tulungagung – Beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Tulungagung, tidak memenuhi pagu yang telah ditetapkan. Karenanya, Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Tulungagung, pun memberikan tips dan trik agar pagu sekolah bisa memenuhi atau sesuai.
Kabid Pembinaan SMP Disdikpora Tulungagung, Suprayitno, menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Diantaranya, dengan penambahan ekstrakurikuler atau pembelajaran yang lebih diintensifkan. Bisa dengan daya saing di bidang agama ataupun harus menciptakan program yang bisa menarik masyarakat.
“Ada tambahan wajib untuk diberikan misalkan hafalan Surah Yasin. Atau pembelajaran sekolahnya di bidang lain ditingkatkan,” ungkap Suprayitno, Rabu (27/07/2022) tadi.
Dirinya menekankan, dengan cara seperti itu, memang sekolah harus mampu untuk menciptakan karakter. Terlebih dikatakannya, di kurikulum merdeka belajar sangat khas dan berpotensi untuk menciptakan suasana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang menarik.
Suprayitno mengaku, adanya penciptaan kurikulum baru bisa menciptakan kekhasan dari sekolah. Hal itu butuh perjuangan dari para guru. Pihaknya mempersilahkan sekolah negeri berlomba-lomba selain prestasi akademik juga dalam bidang keagamaan.
“Di bidang keagamaan itu kurang, monggo (silahkan) dikentalkan anak-anak. Sebelum pembelajaran membaca surat-surat pendek, semacam itu kalau terdengar orang tua merasa senang. Oh produk di SMP Negeri bisa Yasinan, hafal Yasin,” terangnya.
Baca juga :
- Perumda Tugu Tirta Permudah Sambungan Baru untuk Masyarakat Kota Malang
- Berhasil Kendalikan Inflasi, Pemkab Jember Raih Penghargaan Nasional dan Jatim
- Pemasaran Pisang Mas Kirana Lumajang Miliki ‘Dekengan Pusat’ untuk Tembus Pasar Global
- Pj Wali Kota Malang Minta Peserta Pilkada Taati Peraturan Pemasangan APK
- Paripurna DPRD, Pjs Bupati Trenggalek Serahkan Nota Keuangan Raperda APBD 2025
Dirinya menambahkan, cara lain mungkin di cabang olahraga sesuai dengan lingkungan sekitar yang digemari. Kemudian bisa melalui musik, gamelan atau kesenian yang lain. Hal tersebut masih belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah.
“Trik kedua adalah peningkatan kompetensi diri dari bapak ibu guru. Peningkatan berarti kualitas guru terpenuhi. Lalu, ketiga adalah tidak menciptakan masalah, guru bisa ditauladani dengan baik,” jelasnya.
Menurutnya, oknum guru yang merusak sekolah dengan tindakan yang tidak terpuji akan berimbas pada lembaga sekolah. Ketika ada guru yang mencemarkan sekolah, akan tercoreng bertahun-tahun bahkan membutuhkan waktu lama akan bangkit.
Dirinya tidak menampik, orang tua dalam mencari sekolah untuk putera puterinya tidak lepas dari kualitas sekolah. Di sisi lain, sekolah yang merasa pagunya kurang dalam arti kalah dengan sekolah sekitar, ini memang harus punya trik atau jurus tertentu agar ada nilai jual di sekolah.
Ditambahkannya, perihal pencapaian pagu sudah jauh-jauh sering disampaikan baik lewat pertemuan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) maupun pembinaan-pembinaan di sekolah-sekolah. Sehingga harapannya nanti dengan adanya nilai jual yang menarik bagi masyarakat bisa memunculkan nilai plus sekolah. (jaz/gie)