Sidoarjo
Giliran Oknum RT Tutup Jalan Pemukiman Warga JL Jenggolo, Pasca Penutupan Limbah PT Sekar Laut
Memontum Sidoarjo—-Oknum pengurus RT 05/RW 02 Kelurahan Pucang, Kecamatan Kota Sidoarjo memang nekat. Bagaimana tidak ? Ketika sejumlah orang diamankan anggota Polresta Sidoarjo karena menutup saluran limbah PT Sekar Laut, oknum pengurus RT ini nekat menutup jalan samping rumah warga Jalan Jenggol II.A No 02 depan PT Sekar Grup.
Padahal harusnya, kehadiran perusahaan PT Sekar Group di jalan Jenggolo Kelurahan Pucang, Kecamatan Kota Sidoarjo membawa berkah bagi warga sekitar untuk membuka peluang usaha. Hal itu disebabkan karena kehadiran ribuan buruh yang nonstop bekerja selama 24 jam.
Sayangnya, peluang usaha itu tidak ditata dengan maksimal. Akibatnya peluang usaha itu berubah menjadi sengketa. Seperti yang dialami Anik Suyatsih, warga Jalan Jenggol II.A No 02 Kelurahan Pucang, Kecamatan Kota Sidoarjo.
Istri Rudi, yang tinggal di RT 05 RW 02 Kelurahan Pucang ini akhirnya mengadu ke beberapa pihak setelah, depan rumahnya dipagar oleh tukang bangunan atas suruhan oknum pengurus RT setempat. “ Kami telah mengirimkan pengaduan ke sejumlah instansi,” terang Anik didampingi Rudi, suaminya.
Pengaduan itu terpaksa dilakukan setelah samping rumahnya dipagar oleh oknum pengurus RT. Atas penutupan itu, lanjut Rudi aktifitas keluarganya terganggu. Pasalnya posisi pagar yang didirikan oknum RT tepat depa toko keluarga.
Karena pemagaran oleh oknum RT 05 itu, lanjut Rudi, pembeli yang warga sekitar dan pegawai PT Sekar Laut tidak masuk ke toko yang dikelola ibunya. Mereka akhirnya memilih berbelanja ke PKL yang menggelar dagangan di samping pagar depan toko.
“ Kami tidak menyoal kemana mereka berbelanja. Itu merupakan hak pembeli. Yang kami laporkan adalah ulah oknum pengurus RT 05 yang memagar samping rumah depan toko,” tuturnya.
Pengaduan itu , lanjut Rudi, terpaksa dilakukan setelah tidak bisa ditempuh jalan kekeluargaan. “ Kami sebelumnya yang mengarahkan agar PKL itu ditata, termasuk juga pengelolaan retribusi untuk masuk kas lingkungan,” terangnya.
Ternyata, ketika retribuasi itu menjadi rutinitas, PKL itu dibenturkan dengan keluarganya. “ Awalnya mobil yang kami parkir disamping rumah disoal, kini giliran dipagar,” tutupnya. (par/yan)