Kota Malang

Polinema Gandeng PT Nagaro GmbH Germany, Olah Limbah Rumah Tangga Hasilkan Biogas

Diterbitkan

-

Penyerahan MoU dan cinderamata Polinema bersama PT Nagaro GmbH Germany. (rhd)

Memontum Kota Malang—-Politeknik Negeri Malang (Polinema) bekerjasama dengan PT Nagaro GmbH Germany untuk mengkampanyekan pengelolaan sampah atau limbah rumah tangga menjadi biogas. Melalui perwakilan PT Nagaro Germany, Azim Khan Niazi, memberikan penjelasan kepada perwakilan Polinema melalui Wakil Direktur 4 Polinema Dr. Luchis Rubianto, LRSC, MMT. dan para dosen Polinema, khususnya jurusan Teknik Elektro Polinema, Rabu (11/7/2018).

 Smart Biogas produk PT Nagaro GmbH Germany. (rhd)

Smart Biogas produk PT Nagaro GmbH Germany. (rhd)

Tak hanya kepada civitas akademika Polinema, Azim Khan Niazi juga memperkenalkan kepada komunitas dibawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dari beberapa daerah di Jawa Timur, dalam acara workshop di Aula Gedung AH lantai 2, Kamis (12/7/2018). Polinema juga mengundang para Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), diantaranya Kepala DLH Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Nganjuk, Tulungagung, dan Blitar.

“Pihak perusahaan PT Nagaro GmbH Germany memberikan pelatihan alat pengolahan sampah yang bisa menjadi biogas kepada para dosen Polinema. Tak hanya itu, para Kepala DLH dan komunitas juga diundang terkait cara kerja mesin pengolahan biogas itu. Bila diantara mereka ada yang berminat bisa melalui Polinema,” jelas Wakil Direktur 4 Polinema Dr. Luchis Rubianto, LRSC, MMT.

Dalam kesempatan tersebut, Azim Khan membawa alat pengolah sampah buatan Jerman menjadi biogas secara detail lewat pelatihan, yang diberi nama Smart Biogas. Menurut pria berkembangsaan Pakistan ini, Smart Biogas bisa mengolah sampah menjadi gas yang bisa digunakan untuk memasak atau penerangan. “Sampah yang bisa diolah adalah sampah organik. Kalau non organik tidak bisa. Seperti plastik atau kertas. Itu tak bisa,” terang Azim.

Azim menambahkan, proses awal pengolahan sampah organik menjadi gas metan memerlukan waktu selama empat minggu. “Proses awal memang butuh 4 minggu yang dioperasikan menggunakan solar cell (tenaga surya). Nantinya akan menyimpan gas metan dari sampah tersebut. Gas yang tersimpan, bisa dimanfaatkan untuk memasak atau lampu penerangan. Jadi dengan alat ini, lingkungan bisa bersih dari sampah, juga bisa memasak pakai gas metan gratis,” bebernya.

Advertisement

Smart Biogas mampu menampung kapasitas 10 kilogram sampah organik, dimana sampah sebanyak itu mampu menghasilkan 40 persen gas metan. “Semua sampah organik bisa, mulai dari sisa sayuran atau makanan, dedaunan, hingga kotoran hewan bisa diolah menjadi gas metan menggunakan alat ini.
Mesin ini kecil, namun berkapasitas besar dan berguna lebih luas. Selain itu, meminimalisir penggunaan air dan meminimalisir kontaminasi air sekitar, sehingga turut menjaga lingkungan. Perbedaan lainnya dengan produk sejenis, teknologi lebih baru dengan kelebihan lainnya, dan bisa dibawa ke mana-mana. Untuk itu, kami digandeng Polinema terkait pemanfaatan alat pengolah limbah rumah tangga tersebut,” pungkas Azim.

Sementara itu, Doddy Maulana, perwakilan dosen jurusan Teknik Elektro Polinema, mengatakan bahwa hal utama dari kerjasama ini yaitu transfer knowledges dan teknologi. “Pertama, transfer knowledges dan teknologi. Kita akan menggandeng universitas di Germany dalam pengembangan lebih luas. Kedua, sebagai mitra assembler untuk generate income Polinema. Selain kerjasama strategis renewable pengolahan sampah dan pengembangan SDM di lingkungan perkantoran dan pemukiman tentang pengolahan sampah yang sudah diatur perundang-undangan. Sehingga keberadaan alat ini sangat membantu DLH untuk pengelolaan lebih lanjut,” jelas Doddy. (rhd/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas