Kota Malang
UM Resmi Miliki Graha Rektorat
Kota Malang—Usai sudah penantian panjang sejak tahun 2011, pembangunan gedung Graha Rektorat Universitas Negeri Malang (UM), yang kemudian diresmikan oleh Rektor UM Prof Dr AH Rofi’uddin MPd, Rabu (18/10/2017), bertepatan dengan puncak Dies Natalis ke-63 UM.
Graha Rektorat merupakan gedung pusat pelayanan terintegrasi satu atap yang dimiliki UM, sekaligus mengawal reformasi birokrasi di UM. Sehingga diharapkan tercipta pelayanan yang cepat dan terintegrasi, serta mudah diakses yang tersedia secara terpadu di gedung Graha Rektorat UM.
“Semoga keberadaan Graha Rektorat UM, mampu memberikan pelayanan yang mudah, akuntabel dan transparan pada seluruh civitas akademik UM dengan 32.800 mahasiswa dari 117 prodi. Diharapkan lebih meningkatkan kinerja lembaga, kualitas kinerja karyawan, dan meningkatkan kualitas kelembagaan lebih baik lagi,” terang Rektor UM Prof Dr AH Rofi’uddin MPd, dalam sambutannya.
Gedung Graha Rektorat UM memiliki 9 lantai, dimana satu untuk lahan parkir motor dan mobil. Dibangun sejak kepemimpinan Rektor UM Soeparno, diatas lahan seluas 2.400 meter persegi dari total 18.000 meter persegi lahan yang tersedia. Selain pusat Rektorat, juga dijadikan pusat administrasi, biro dan LP2M, JPC, dan humas. Di lantai 9 tersedia hall yang cukup luas untuk digunakan acara pertemuan. Sisanya, akan digunakan untuk bangunan plaza, ruang terbuka hijau, dan fasilitas terbuka.
gedung graha rektorat UM“Meski belum rampung sepenuhnya, atau dalam tahap finishing, tetap diresmikan, karena kebutuhan mendesak dan segera cepat diselesaikan,” jelas Rofi’uddin.
Sementara itu, ketika disinggung tentang biaya pembangunan Graha Rektorat dengan dana Rp 130 milyar, Wakil Rektor 2 UM Prof Dr Wahjoedi ME MPd, tidak dapat memastikan. “Saya belum dapat informasi berapa totalnya, sebab Graha Rektorat kan dibangun sejak kepemimpinan Rektor UM Soeparno. Informasinya, sebelumnya pernah dapat dana sarana prasarana dari APBN, dan memang sempat mandek beberapa kali, terakhir 2 tahun yang lalu mulai jalan lagi. Setahu saya berjalan 4 tahap, dan yang terakhir Rp 65 milyar termasuk finishing, yang didapat dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” jelasnya.
PNPB diambil dari tabungan UM, hasil kerjasama, UKT mahasiswa dan hasil pendapatan UM lainnya. Pembangunan kembali dilanjutkan setelah ada kesepakatan untuk menggunakan dana PNBP tersebut. (rhd/jun)