Kota Malang

Adem, Kendalikan Kecanduan Smartphone Anak, Solusi Bagi Guru dan Ortu Tanpa Membentak

Diterbitkan

-

Tim Adem, didampingi dosen pembimbing, menunjukkan aplikasi Adem. (rhd)

Memontum Kota Malang – Kecanduan pada smartphone menjadi kebiasaan yang sulit diatasi. Teguran atau bentakan kadang tak mampu menjadi senjata pengingat atas hilangnya waktu. Terlebih pada anak-anak. Antara kasihan dan khawatir menjadi dilema orang tua. Meski akhirnya, anak-anak lupa waktu belajar, sholat, dan aktivitas lainnya. Tak jarang beberapa sekolah melarang penggunaan smartphone saat aktivitas proses belajar mengajar (pbm), sebagai upaya kecanduan pada gawai.

Menyadari permasalahan ini, tiga mahasiswa lintas fakultas Universitas Brawijaya (UB), yaitu Kirana Aisyah Larasati (FMIPA), Sayyidati Nurmuthi’ah (Fakultas Pertanian), dan Hilmi Aziz Bukhori (Filkom), menciptakan aplikasi pengunci smartphone otomatis, yaitu adëm. Yang artinya membawa suasana dingin dan tenang.

Tim kafilah MTQ UB kategori desain aplikasi dan karya ilmiah Al-Quran. (rhd)

Tim kafilah MTQ UB kategori desain aplikasi dan karya ilmiah Al-Quran. (rhd)

Pasalnya, aplikasi ini awalnya digunakan sebagai alarm pengingat waktu sholat. Saat masuk waktu sholat, smartphone akan otomatis mati (screen off) tanpa bisa digunakan hingga waktu menjalankan ibadah sholat selesai, sebagaimana keinginan user.

“Misalkan disettings saat adzan hingga menjalankan ibadah sholat sekitar 15 menit atau lebih. Saat adzan, smartphone akan mati otomatis. Sehingga saat sholat akan khusyuk tanpa ada gangguan telpon dan pesan masuk. Usai waktu sholat yang disetting, smartphone akan kembali aktif dengan sendirinya. Selain fitur Shalat Lock, ada juga fitur Adem Challenge, Hijriatun Notif, Messanging app., Timeline (website), konten-konten informasi agama dan akan ada fitur lain yang akan terus dikembangkan,” ungkap Kirana, pembuat ide yang diamini timnya.

Dalam perkembangannya, aplikasi ini menjadi screen lock dalam berbagai aktivitas lainnya. Seperti lock off waktu pelajaran sekolah, alarm shalat malam, dan lainnya.

Advertisement

“Biasanya saat sholat malam, ketika dengar alarm kebanyakan orang hanya mematikan alarm dan tidur kembali. Namun dengan fitur Adem Challenge, user dipaksa bangun untuk mematikan nada dering dengan barcode yang ditempel di ruang lain misal kamar mandi. Mau tidak mau, user akan ke kamar mandi untuk ambil wudhu. Usai shalat malam, ketika user ingin menghidupkan kembali smartphonenya, maka user harus barcode di ruangan lain yang telah ditentukan,” beber Kirana, yang mendapatkan ide ini saat duduk di bangku SMA bersama Sayyidati.

Aplikasi ini telah diujicobakan di MTsN 1 dan MAN 2 Kota Malang sebagai screen lock smartphone saat jam pelajaran. Rencananya, aplikasi ini akan dilombakan dalam kontes Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Perguruan Tinggi (PT) se-Indonesia, kategori desain aplikasi Al Qur’an, mewakili tim kafilah UB.

“Kita sudah kerjasama dengan MTsN 1 dan MAN 2 Kota Malang untuk percontohan penerapannya. Saya kira ini bisa menjadi solusi bagi sekolah – sekolah yang melarang penggunaan smartphone di sekolah. Dan juga mengantisipasi kekhawatiran para guru dan orang tua pada anak-anak yang cenderung kecanduan gawai. Akan kita luncurkan melalui google playstore,” jelas Dosen Pembimbing, Herman Tolle, Dr. Eng., S.T, M.T.

Sementara itu, Ketua Tim Kafilah MTQ UB Akhmad Muwafiq Saleh, SSos, MSi, mengatakan, tim kafilah MTQ UB yang akan dilepas Rektor UB Nuhfil Hanani pada Rabu (24/7/2019) ini, akan mengusung 30 mahasiswa untuk mengikuti 15 cabang lomba di ajang MTQ Mahasiswa Nasional XVI Tahun 2019 di Universitas Syiah Kuala, Aceh.

Advertisement

“Terbanyak, tim kami mengikuti Musabaqah Tilawah, Qiroah, Qiroah Sab’ah, dan lainnya. Nah, Adem ini akan mengikuti kategori Desain Aplikasi Al Qur’an dan C-BOMS mengikuti kategori Desain Karya Ilmiah Al-Quran. Minimal bisa sebagai juara umum kedua, meski targetnya juara umum pertama. Pasalnya, selain saingan terberat Universitas Negeri Malang (UM) yang tahun sebelumnya Hattrick mencetak juara umum, beberapa universitas di kawasan Aceh juga menjadi pesaing yang tak bisa diremehkan,” terang Muwafiq. (adn/yan)

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas