Kota Malang
Unikama Bershalawat, Bentuk Syukur Setelah Kondusif
Memontum Kota Malang – Selain rangkaian Dies Natalis dan ungkapan rasa syukur atas kembali kondusifnya PPLP PT PGRI (Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi Persatuan Guru Republik Indonesia) Malang, Yayasan PPLP PT PGRI Malang dan Unikama menggelar Unikama Bershalawat bertajuk Silaturahmi Kebangsaan, dengan menghadirkan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dan Habib Husein bin Luthfi bin Yahya dari Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (15/7/2019) malam.
Ketua PPLP PT PGRI Malang, Soedja’i mengatakan, acara ini merupakan rangkaian Dies Natalis Unikama ke-44. Menurutnya, kegiatan sholawat di Unikama ini sebenarnya rutin diadakan dan sudah bertahun-tahun. Tahun ini dikhususkan untuk Dies Natalis. Unikama Bershalawat yang dihadiri ribuan jama’ah dari komunitas shalawat Malang Raya dan sekitarnya ini, diharapkan dapat mempererat persaudaraan diantara masyarakat Malang Raya dan civitas akademika Unikama.
“Sholawat ini mengandung makna meningkatkan apa yang disebut dengan paham kebangsaan. Karena kalau menurut kriterianya, perguruan tinggi ini (Unikama, red) termasuk perguruan tinggi yang mempunyai ciri khas kebangsaan,” terang Soedja’i.
Sementara itu, Rektor Unikama, Dr Pieter Sahertian, menambahkan bahwa ciri khas dari umat yang beriman adalah selalu menghamba kepada Tuhan-nya. Melalui sholawat ini diharapkan Unikama bisa bekerja dalam mewujudkan cita-citanya yang sudah dirumuskan dalam visi misi. Untuk itu, besar harapan Unikama Bersholawat akan terus digelar.
“Saya kira setiap hari kita berdo’a, setiap waktu kita berdo’a. Kalau kita terus bekerja dan terus berdo’a, maka kita berharap supaya doa-doa kita ini mendapatkan ridho dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Unikama Bersholawat ini mengajak warga Malang Raya untuk bersama-sama terus memanjatkan do’a agar keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian tercipta di seluruh masyarakat, khususnya di wilayah Malang Raya dan teristimewa di lingkungan Unikama ini,” paparnya.
Menurutnya, persoalan kebangsaan sedang menjadi salah satu cobaan bagi bangsa Indonesia. Dimulai dari kampus multikultur Unikama, nuansa kebangsaan harus tetap terwujud. Belajar dari pengalaman Unikama beberapa waktu lalu, menjadikan semangat agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan. “Meski sebelumnya berpredikat kampus multikultur tapi suasana multikultur itu belum benar terwujud. Untuk itu kami terus berupaya agar nuansa multikultur dan nuansa kebangsaan itu menjadi ciri khas dari Unikama ini, sehingga tercipta suasana kebersamaan dengan bergandeng tangan mewujudkannya dan membangun bangsa ini,” tandas Pieter.(adn/yan)