Kota Malang
Asyiknya Dolanan Tempo Doeloe di Matos
Mempntum Kota Malang – Bagaimana rasanya jika kita bermain ala Dolanan Tempo Doeloe di Mall? Ya, Malang Town Square mencoba mengangkat suasana Malang Tempo Doeloe dengan mengusung permainan jaman lawas dalam kemasan “Kampoeng Dolanan”. Tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, remaja dan orang tua pun berkesempatan bernostalgia dengan permainan jadoel, di Lower Ground Lantai Hypermart Matos, mulai Jumat (6/9/2019).
“Bernuasa perkampungan dan sawah, kita sediakan berbagai macam dolanan tradisional, seperti mainan dakon, engklek, ular tangga, lompat tali, bekel, egrang batok, bakiak beregu dan lainnya. Tak hanya itu saja, kita juga menyediakan makanan tradisional seperti dawet, arbanat, gulali, jajanan pasar cenil, klepon, lupis, nasi jagung, lekker, dan lainnya,” seru L. R. Sasmitha, Marketing Communication Manager Matos.
Setiap harinya, Kampoeng Dolanan diminati pengunjung dari berbagai genre usia. Untuk menikmati beragam permainan tersebut, pengunjung hanya membayar Rp 5.000 per permainan untuk tiap pemain. Nantinya, tiap pemenang akan mendapatkan hadiah dari manajemen Matos. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin memanfaatkan momen, Matos juga menyediakan baju adat Jawa dengan harga sewa Rp 10.000 per baju di spot selfie.
“Kami juga memberikan hadiah bagi 10 pemenang Selfie dengan hadiah total jutaan rupiah. Cukup follow IG kami, dan ikuti lombanya,” terang Sasmita, sapaan akrabnya, usai launching Rabu (11/9/2019).
Suguhan Kampoeng Dolanan ini dilatar belakangi semaraknya penggunaan games gawai oleh anak-anak dibawah umur dengan tidak terkontrol. Sehingga berdampak anak-anak melupakan kehidupan sosial terhadap orang tua, malas belajar dan addicted terhadap games-games yang kurang mendidik.
“Memang jaman digitalisasi tidak bisa kita hindari, terutama oleh anak anak milenial. Namun, diharapkan orang tua bisa mengarahkan dengan bijak cara penggunaan gawai. Sekaligus mengontrol penggunaan aplikasi yang tak seharusnya untuk anak-anak,” tambah Sasmita,
Adanya Kampoeng Dolanan ini, sebagai salah satu upaya Matos mengambil bagian untuk meminimalisir penggunaan gawai berlebihan. Khususnya anak-anak dibawah umur yang lolos kontrol dari orang tua.
“Harapannya, anak anak dapat menikmati dolanan tradisional yang edukatif dan dapat bersosial langsung dengan teman sebayanya, dan tidak bersosialisasi dengan benda. Dan orang tua bisa terlibat aktif,” beber Sasmita.
“Kami sedang survei lokasi setelah dapat informasi tentang Kampoeng Dolanan dari wali murid. Rencananya kami mengajak anak-anak main ke sini. Makna permainannya banyak. Seperti dakon itu melatih kejujuran dan ketelitian,” ungkap Margaretha Sri Lestari, guru TK Katolik Santa Maria I, salah satu pengunjung selain 100 anak sekolah Cymigro, yang datang didampingi orang tua dan guru dengan berbusana tradisional tempo doeloe, Rabu (11/9/2019) siang. (adn/yan)