Kediri
Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah dan Sekolah di Kecamatan Banyaka
Memontum Kediri — Banjir bandang setinggi satu meter menggenangi empat dusun, yakni Dusun Ngablak, Bagol, Tanjung dan Jajar, Desa Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri pada Kamis (22/2/2018). Akibatnya tujuh kepala keluarga (KK) yang tinggal di perumahan Asabri, terpaksa dievakuasi ke perkampungan karena debit air terus meningkat.
Selain itu, banjir bandang kiriman dari lereng Gunung Wilis itu juga menjebol tanggul Sungai di Desa Maron, Banyakan yang akibatnya menggenangi ratusan rumah di Desa Ngablak Kecamatan Banyakan. Banjir yang melanda Desa Nganblak itu juga melumpuhkan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ngablak 1 terpaksa meliburkan 215 siswa.
Salah seorang guru SDN Ngablak 1 yang mengaku bernama bu Sugi mengatakan, sekolah masih menunggu air surut. “Sekolah terpaksa ditunda dulu dan sementara diliburkan, karena seluruh ruang kelas tergenang banjir,” ujar ibu Sugi pada Kamis (22/2/2018) pagi.
Berdasarkan pantauan Memo X, belum diketahui kerusakan fasilitas sekolah, buku buku dan alat peraga akibat banjir setinggi satu meter di sekolah ini. Sedangkan para siswa memanfaatkan air banjir yang menggenangi sekolah mereka untuk arena bermainan.
Salah seorang penghuni perum Asabri Fahrurozi mengatalan, air datang sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, setelah kawasan itu diguyur hujan ringan disertai air kencang semalaman, debit air terus meningkat hingga ketinggian satu meter “Tadi pagi jam 04.00 WIB penghuni perumahan sebanyak 7 KK dievakusi ke perkampungan karena takut air terus naik,” kata Fatkhurrozi warga perumahan asal Mojokerto Kamis (22/2/2018).
Berdasarkan informasi dari Desa Ngablak menyebutkan, sedikitnya 200 rumah ikut terendam banjir kiriman ini. Pemerintah desa bersama camat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri sedang berusaha menutup tanggul yang jebol menggunakan karung pasir. Sementara itu Kepala Desa Ngablak, Sukiman mengaku, tidak ada korban jiwa dalam musibah banjir ini. “Banjir yang menggenangi ratusan rumah di Desa Ngablak ini merupakan kejadian kedua setelah terjadi pada tahun 1960 silam,” katanya. Bahkan Sukiman akan memanfaatkan balai desa untuk kegiatan belajar mengajar siswa, apabila banjir yang menggenangi sekolah itu belum surut.(edi/aji/yan)