Kota Malang

Batara Angkat Motif Daerah Sebagai Identitas Batik Nusantara

Diterbitkan

-

Fashion show mengusung batik hasil karya Batara. (rhd)

Memontum Kota Malang—-Batik merupakan warisan kekayaan budaya Nusantara asli Indonesia. Tentunya, upaya menjaga, melestarikan, dan mengembangkan batik sebagai identitas bangsa terus dilakukan. Jika tidak, dikhawatirkan batik akan diakui negara lain sebagai budayanya. Salah satu strategi yang dilakukan, yaitu dengan mengunjungi beberapa daerah pinggiran di Indonesia, guna mencari motif batik khas dari wilayah tersebut. Dari kunjungan tersebut, dituangkan dalam desain motif batik khas daerah, yang akan diperbanyak melalui proses cap, cetak, dan tulis.

Beberapa motif batik hasil kreasi Batara. (rhd)

Beberapa motif batik hasil kreasi Batara. (rhd)

“Upaya ini sebagai bentuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan batik, agar tidak ada duplikasi. Sengaja diambil desain kedaerahan, bukan lagi bahannya. Ide desain bisa dari cerita rakyat, kekhasan masyarakat setempat, dan lainnya,” jelas Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS, Divisi Pengembangan Batara UB, kepada awak media.

Melalui pengembangan motif batik berbasis budaya daerah, suatu daerah menjadi lebih terangkat melalui batik. Pun perubahan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Terutama dari wilayah pinggiran. “Sengaja kami menelusuri wilayah pinggiran. Selain karakteristik masyarakat yang ga neko-neko, mereka juga ingin melakukan perubahan. Meski pembuatan batik itu susah. Kalau masyarakat perkotaan jelas enggan, dan tidak akan maju. Kalau motif sumber daya alam bisa dicontoh. Seperti cengkeh itu ada di banyak tempat. Tapi kalau budaya, misal cerita rakyat, kekhasan masyarakat, itu pasti berbeda,” ungkap Singgih.

Rektor UB Nuhfil Hanani, mengapresiasi batik karya Batara. (rhd)

Rektor UB Nuhfil Hanani, mengapresiasi batik karya Batara. (rhd)

Sejak diluncurkan tahun 2015, Pusat Pengembangan Batara UB terus melakukan pengkajian batik. Setidaknya ada 60 motif batik dari seluruh Indonesia yang telah masuk ke database Batara UB. Beberapa wilayah yang saat ini tengah menjadi fokus pengembangan batik berbasiskan budaya daerah, di antaranya Bintan, Natuna, Nunukan, Boven Digoel Papua, Bawean, Ngadas, Kendedes, Kutai Barat, Tanjung Buai, dan lainnya.

“Perguruan tinggi kalau berjalan sendiri tidak bisa. Jadi kami merangkul berbagai elemen masyarakat. Melalui program Doktor Mengabdi, kami memiliki paduan praktis. Agar pengembangan potensi batik berbasis budaya dapat tersebar merata. Kami juga memanfaatkan beberapa fasilitas UB, dan KKN mahasiswa. Nantinya, kita akan mengarahkan pengembangan ke bisnis melalui pendirian PT, dan hak cipta. Bahkan beberapa peserta lomba batik yang lolos, akan ikut pelatihan batik Sibori Jepang,” tandas Singgih.

Sementara itu, Rektor UB Malang Nuhfil Hanani menyampaikan, potensi batik berbasis budaya telah dikembangkan Batara UB akan dipatenkan pihak universitas. Selain itu, dirinya meminta civitas akademika UB juga turut ambil bagian dalam upaya tersebut. “Kalau tak dipatenkan, akan diakui negara lain, atau orang lain. Kami juga menghimbau warga UB mendukung, misalnya membeli karya Batara, bantu distribusi, dan lainnya. UB akan mendorong Batara UB terus berinovasi sehingga mampu go internasional. Hingga mampu menjadi rujukan dunia, dengan mengajari mahasiswa asing dari Thailand, Myanmar, Malaysia, dan lainnya,” ungkap Nuhfil.

Advertisement

Dalam Deklarasi Pusat Pengembangan Batik Nusantara (Batara) dan Sarasehan Budaya 2019 bertajuk “Eksplorasi Budaya untuk Kreasi dan Kemajuan Bangsa, di Aula LPPM UB, Selasa (5/3/2019), menghadirkan narasumber Didik Nini Thowok (budayawan internasional, penari, dan dosen), dan Drs. Dwi Cahyono M.Hum (budayawan, sejarawan, dosen). Selain itu, dipertunjukkan fashion show yang mengusung hasil karya Batara. (adn/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas