SEKITAR KITA
Beri Pelatihan Tim Pendamping Keluarga di Trenggalek, Novita Hardiny Berharap Mampu Mengawal dan Beri Edukasi
Memontum Trenggalek – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek, Novita Hardiny, memberikan pelatihan kepada Tim Pendamping Keluarga di Kecamatan Munjungan-Trenggalek. Dari kegiatan itu, diharapkan tim pendamping keluarga mampu menjadi pioner pencegahan stunting, khususnya di Kabupaten Trenggalek.
Kehadiran Tim Pendamping Keluarga, ini diharapkan dapat mengawal dan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil maupun keluarga muda membina keluarga yang sehat dan sejahtera. “Tahun ini, Pemkab Trenggalek berikhtiar bisa menekan prevalensi stunting hingga 14 persen. Stunting sendiri memang patut dicegah, karena gagal tumbuh kembang anak akan berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak,” ungkap Novita saat dikonfirmasi, Selasa (05/07/2022) siang.
Selain itu, lanjutnya, bayi stunting cenderung terjangkit penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi maupun diabetes pada batas usia tertentu. Tentunya, bila tidak dicegah maka akan menyumbangkan angka kemiskinan baru.
Baca juga:
- Perumda Tugu Tirta Permudah Sambungan Baru untuk Masyarakat Kota Malang
- Berhasil Kendalikan Inflasi, Pemkab Jember Raih Penghargaan Nasional dan Jatim
- Pemasaran Pisang Mas Kirana Lumajang Miliki ‘Dekengan Pusat’ untuk Tembus Pasar Global
- Pj Wali Kota Malang Minta Peserta Pilkada Taati Peraturan Pemasangan APK
- Paripurna DPRD, Pjs Bupati Trenggalek Serahkan Nota Keuangan Raperda APBD 2025
Dengan adanya Tim Pendamping Keluarga, terangnya, diharapkan dapat melakukan deteksi dini potensi stunting di lingkungan sekitarnya. “Pendamping keluarga nantinya bertugas untuk mengkomunikasikan upaya pencegahan bayi stunting. Dengan pelatihan ini, pendamping diharapkan bisa mengenali sejak dini potensi-potensi stunting,” imbuhnya.
Masih menurut istri Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin ini, kehamilan dibawah 21 tahun, cenderung beresiko stunting. Maka dari itu, perkawinan anak perlu dicegah. Disarankan olehnya menikah di usia matang guna menghindari resiko resiko negatif. Dan ini dibutuhkan peran serta pendamping dalam melakukan edukasi pada para remaja.
“Kemudian juga kehamilan di usia 40 tahun perlu juga ada perhatian khusus karena rentan beresiko. Remaja perempuan yang cenderung anemia saat remaja, perlu juga ada edukasi yang tepat. Sehingga, pendampingan keluarga perlu dilakukan untuk kalangan remaja,” terang Novita.
Selain pentingnya menjaga kesehatan dan menjalankan pola hidup sehat, edukasi sex di luar pernikahan juga perlu diperhatikan. Karena rasa penasaran ingin coba-coba akhirnya menyesal kedepannya.
“Harapan saya, ini bisa menguatkan masing-masing tim pendamping keluarga. Mendapatkan tugas sebagai pendamping keluarga itu pastinya tidaklah mudah. Penguatan ini harapannya bisa menjadi pondasi yang kuat bagi mereka ketika bertugas dalam pendampingan,” katanya
Ibu tiga anak ini menegaskan jika hal ini menjadi satu gerakan masif dalam rangka menekan angka stunting lebih rendah lagi. Selain itu, ini benar-benar bagian dari tugas pendamping dan bisa mencapai indikator kebahagiaan ibu hamil.
Seperti yang disampaikan salah satu faktor penyebab bayi stunting adalah kestabilan emosional yang terjadi pada ibu hamil. “Penting bagi para pendamping keluarga untuk memberikan edukasi bagi ibu hamil maupun keluarga ibu hamil untuk menjaga stabilitas emosional ibu hamil itu agar selalu bahagia dan melahirkan bayi bahagia dan juga sehat,” tegas Novita.
Plt. Camat Munjungan, Yusuf Widarso, menambahkan bahwa pihaknya menaruh harapan besar terhadap peran Tim Pendamping Keluarga dalam upaya pencegahan stunting di daerahnya. “Kami menaruh harapan besar kepada Tim Pendamping Keluarga ini. Terlebih tekad Kabupaten Trenggalek bisa menekan angka stunting 14 persen,” ujarnya. Dirinya menyadari, bahwa tugas pendampingan ini sangatlah berat, namun dirinya yakin para pendamping mampu menjalankan tugasnya dengan baik. “Saya yakin anda mampu. Semoga ini menjadi amal kebaikan bagi para pendamping,” papar Yusuf sapaan akrabnya. (mil/sit)