SEKITAR KITA
BOR di RS Surabaya Turun 7 Persen, Angka Pemulasaran Ikut Menurun
Memontum Surabaya – Kondisi Bed Occupancy Rate (BOR) di Rumah Sakit (RS) Surabaya, menurun tujuh persen dari yang sebelumnya tercatat sekitar 90 persen menjadi 83 persen. Artinya, banyak pasien Covid-19 mulai sembuh dan tidak lagi dirawat di rumah sakit.
“BOR rumah sakit di Surabaya dari 90 persen, sekarang sudah 83 persen,” kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, Selasa (27/07) tadi.
Baca Juga:
- HUT 79 Provinsi Jatim, Pj Gubernur Sematkan 10 Lencana Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya
- Belum Genap Sepekan Beroperasi, Bus Trans Jatim Koridor V Surabaya-Bangkalan Dilempar Batu
- Pj Gubernur Jatim Serahkan SK Perpanjangan Jabatan 8 Pj dan 13 Pjs Bupati dan Wali Kota
Penurunan BOR di rumah sakit itu, kata Eri, disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, penambahan rumah sakit baru. Contohnya, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT), Kedung Cowek.
Untuk melihat warga Surabaya yang terkena Covid, tambahnya, warga diharapkan tidak melihat dari sisi BOR Rumah Sakit. Sebab, sebagai Ibu Kota Provinsi Jatim, tentu saja rumah sakit di Surabaya menjadi rujukan pasien bagi kota atau kabupaten yang mengalami kondisi berat.
“Jadi, jangan dilihat Surabaya dari BOR RS. Kalau lihat BOR Surabaya dari RS, akan kesulitan,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Eri, saat ini rujukan pasien dari luar Surabaya, masih terbilang tinggi. “Karena Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jatim. Jadi, ketika (kasus) berat dirujuk ke Surabaya,” terangnya.
Menurutnya, dengan melihat kasus Covid-19 dari sisi BOR rumah sakit, tentunya akan kesulitan. Masalahnya, pasien yang dirawat di RSU dr Soetomo tidak semuanya warga Surabaya.
“Kalau melihat kasus Covid-19 Surabaya kalau hanya melihat dari BORnya agak susah. Karena yang dirawat itu bukan hanya orang Surabaya saja. Coba kita lihat dari pasien yang sembuh berapa,” katanya.
Sementara itu, Eri menyampaikan bahwa selama PPKM Level 4, terjadi penurunan pemakaman secara Prokes di Surabaya. Data Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRT) mencatat, pada tanggal 23 Juli, terdapat 105 jenazah yang dimakamkan secara prokes.
Kemudian, ujarnya, pada 24 Juli, terjadi penurunan menjadi 97 jenazah. Penurunan yang sama, juga terjadi pada tanggal 25 Juli, menjadi 98 jenazah.
“Jadi memang ada penurunan angka kematian yang dimakamkan secara prokes,” kata Eri. (ade/ed2)