Kota Malang
Dialog Terbuka 4 Bakal Calon Rektor UB, Siap Lanjutkan Proker Lama dan Kreasikan Proker Baru
Memontum Kota Malang — Guna menjaring suara grassroot kampus Universitas Brawijaya (UB), yaitu kalangan mahasiswa UB dan civitas akademik UB dalam Dialog Terbuka, keempat bakal calon Rektor UB dalam Pemilihan Rektor (Pilrek) UB, diantaranya Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. (Rektor UB Incumbent), Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR. MS. (Dekan Fakultas Pertanian UB), Dr. Ir. Osfar Sjofjan, MSc (Wakil Dekan III Fakultas Peternakan UB), dan Dr. Tjahyo Suprajogo, MSi (Kementrian Dalam Negeri), menyampaikan visi, misi, dan program kerjanya apabila nantinya terpilih sebagai Rektor UB periode 2018-2022.
Pemaparan para bakal calon Rektor UB yang dihadiri sebagian besar mahasiswa dari elemen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UB ini, cukup mendapatkan respon kritis dan konstruktif. Usai pemaparan, BEM menantang para bakal calon Rektor UB untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU). Meski sempat ditolak oleh panitia, namun para bakal calon Rektor UB berinisiatif menerima tantangan tersebut. Tak ayal, tepuk sorai bergemuruh memenuhi gedung Samantha Krida UB, Senin (5/3/2018).
Rektor UB Incumbent, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, sebagai bakal calon Rektor nomor 1 karena berdasarkan aturan abjad nama para kandidat, memaparkan visi, misi, dan program prioritas selama 4 tahun ke depan. Sementara, 4 program yang ditawarkan, yaitu Revitalisasi/reformasi birokrasi; Modernisasi tata kelola aset dan badan usaha; Peningkatan mutu dan reputasi akademik; dan Penguatan budaya riset. “Revitalisasi organisasi melalui OSDAT. Jadi siapapun yang terpilih, jika sudah terbentuk sistem akan tetap menjalankan sistem. Sebab saya maju lagi karena dorongan teman-teman,” jelas Bisri.
Disinggung tentang beberapa masalah UB, diantaranya status PTN BH yang tak kunjung terealisasi, status UB Kediri, dan permasalahan parkir kendaraan yang kurang memadai. Bisri memberikan beberapa kendala yang terjadi sebenarnya. “PTN BH itu diputuskan oleh Senat, agar tidak ada kecelakaan sejarah. Sebab jika berstatus PTN BH, akan ada dampak lain, seperti ada pajak dan lainnya. Sementara pembentukan UB Kediri itu atas saran Kemenristekdikti. Sempat saya tarik, namun diminta tetap jalan. Karena status UB dibawah Kemenristekdikti, kami manut saja. Sedangkan parkir, solusinya yaitu memindahkan sebagian mahasiswa ke kampus UB Dieng, dan menekan jumlah mahasiswa S1 serta menaikkan jumlah mahasiswa S2,” papar Bisri.
Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR. MS, mengatakan visi misi antar calon tidaklah beda, karena intinya saling mengisi untuk kemajuan UB. Dimana Nuhfil menyampaikan visi menjadikan UB bercorak Enterpreneurship yang unggul dan berstandar Internasional.
Ada 11 program kerja yang diusulkan, diantaranya Pengembangan pendidikan berintegritas dan berstandard internasional; Pengembangan kualitas penelitian yang berdaya saing dan berdaya guna; Peningkatan peran dalam pembangunan nasional melalui penyebarluasan iptek; Pengembangan kemahasiswaan dan alumni yang berdaya saing global; Pengembangan kerjasama domestik dan Internasional; Pengembangan dan penigkatan kapasitas sumberdaya manusia yang berstandar Internasional; Pemeringkatan Internasional; Pengembangan
entrepreneurship; Peningkatan kesejahteraan dosen dan karyawan; Pengembangan sarara dan prasarana; dan Pengembangan tata kelola dan kapasitas institusi.
Sementara Dr. Ir. Osfar Sjofjan, MSc, menawarkan 9 program kerja, meliputi Pendidikan, Jaminan Mutu, Peningkatan Kualitas Pendidikan, Peningkatan Reputasi Pendidikan, Laboratorium, Peningkatan Kualitas Manusia, Peningkatan Sarana Prasarana, Teknologi, Kenyamanan.
Sedangkan Dr. Tjahyo Suprajogo, MSi, menyampaikan visi menjadikan UB sebagai universitas berstandar internasional yang berdaya saing global. “Yang sudah bagus kita jaga, yang belum kita perbaiki dan disempurnakan,” tukas Tjahyo. (rhd/yan)