SEKITAR KITA
Hadiri Rembuk Stunting DP3A-PPKB dan TPPS Situbondo, Wabup Situbondo Tekankan Tiga Poin Penting
Memontum Situbondo – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kabupaten Situbondo bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Situbondo, melaksanakan rembuk stunting. Kegiatan yang dilaksanakan di Lantai II Pemkab Situbondo, ini dibuka Wakil Bupati Situbondo, Hj Khoirani, Selasa (28/03/2023) tadi.
Wakil Bupati Situbondo, Hj Khoirani, dalam sambutannya mengatakan bahwa masalah stunting di Kabupaten Situbondo, masih butuh perhatian dan penanganan secara serius. “Data tahun 2022 lalu, bahwa angka stunting di Kabupaten Situbondo masih 30,29 persen. Untuk itu, perlu dilakukan upaya yang luar biasa untuk menurunkan angka stunting tersebut. Karena, hal ini erat hubungannya dengan target pemerintah tahun 2024, ditargetkan 14 persen,” jelas Wabup Situbondo.
Dijelaskannya, percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Situbondo, perlu dilakukan secara kompak. “Dalam percepatan penurunan stunting, ada tiga cara yang harus dilakukan. Diantaranya, pendekatan keluarga dengan beresiko stunting yang dilakukan dengan interpensi hulu, yaitu pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan bayi pra stunting,” tutur Hj Khoirani.
Dengan melakukan pendekatan multi sektor dan multi pihak, sambung Wabup Situbondo, bisa dilakukan melalui kerja sama antara unsur pemerintah dengan unsur pemangku kepentingan. Seperti kerja sama dengan dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat dan media massa.
“Maka, percepatan penanganan stunting insyaallah akan cepat teratasi. Jadi, perlu saya sampaikan bahwa faktor penting yang harus diperhatikan agar upaya penurunan angka stunting bisa tercapai dengan baik, maka kualitas atau perbaikan data stunting harus dilakukan secara cermat. Sebab, data tersebut akan dijadikan rujukan evaluasi dan monitoring stunting,” jelasnya.
Baca juga :
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Transformasi Layanan Kesehatan Primer, Dinkes Kabupaten Malang Kick Off ILP di Pendopo Agung
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan Calon Wali Kota Bunda Fey
- Respon Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Kediri, Ini Penjelasan Ketua Fraksi PAN DPRD
Sementara itu, Kepala DP3A-PPKB Kabupaten Situbondo, Moh Imam Darmaji, mengatakan kegiatan rembug stunting melibatkan berbagai komponen diantaranya camat, Kepala Puskesmas, pimpinan OPD serta organisasi masyarakat atau Ormas. “Kegiatan rembug stunting ini harus dilakukan selama dua kali dan saat ini baru memasuki rembuk stunting hari pertama kali. Tujuannya, untuk menyamakan persepsi,” ujar Moh Imam Darmaji.
Lebih lanjut dijelaskan, ada sejumlah poin penting yang dibahas dalam kegiatan rembug stunting kali ini. Salah satunya, melakukan evaluasi stunting pada tahun 2022 lalu. Kedua, mengadakan sosialisasi agar memiliki kesamaan tindakan di antara semua peserta agar ikut dalam penanganan stunting.
“Untuk menurunkan angka stunting, harus ada kesamaan tindakan dan kesamaan pemahaman tentang penanganannya,” jelas Imam Darmaji.
Untuk angka prosentase stunting saat ini, sambung Imam Darmaji, mengacu pada hasil SSGI tahun 2022, berada diangka 30,29 persen. Tetapi mengacu pada bulan timbang hingga Februari 2023, yang dilakukan Dinas Kesehatan dengan melibatkan Puskesmas dan Posyandu, angka prosentase stunting di Kabupaten Situbondo hanya menyisakan 7 persen.
“Dalam penanganan stunting harus memiliki kesamaan pemahaman dari semua stakeholder yang ada. Lalu lebih masif mengadakan sosialisasi tentang penanganan stunting kepada masyarakat. Selanjutnya, melibatkan lapisan masyarakat sehingga tahu apa yang harus dilakukan tentang penanganan stunting tersebut,” jelas mantan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo. (her/gie)