Kabar Desa
Harga Cabai Rawit Melambung, Petani Trenggalek Tersenyum

Memontum Trenggalek – Salah satu petani cabai di Kota Keripik Tempe, bisa tersenyum manis. Itu karena, saat ini harga cabai semakin meroket pasca Lebaran.
Meski demikian, tidak sedikit pula dari tanaman cabai yang mengalami rusak akibat terserang hama. Karena, di tanah seluas 150 meter persegi, Nurhadi Rohmad bisa mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat dari hasil panen cabai. “Untuk harga cabai saat ini, naik setiap harinya. Tapi harga ini, bisa berubah sewaktu-waktu,” katanya saat dikonfirmasi, Rabu (01/06/2022) siang.
Sebelumnya, di panen pertama atau tepatnya usai Lebaran, dirinya menjual cabai di harga Rp 25 ribu perkilogram. Bahkan setelah itu, harga cabai semakin merangkak naik menjadi Rp 27 ribu, Rp 30 ribu sampai yang terakhir di harga Rp 62 ribu per kilogram.
“Di lahan ini, ada sekitar 4 ribu batang tanaman cabai. Tapi, tidak sedikit tanaman cabai ini juga terserang penyakit sejenis jamur,” imbuhnya.
Baca juga:
- Bupati Yuhronur Hadiri Festival Golok Sabrang dan Petik Laut Kelompok Rukun Nelayan Lamongan
- Jangkau Warga yang Belum Tercover BPJS Gratis Pemkot Bengkulu, Wali Kota Helmi Bentuk Satgas BPJS UHC
- Masyarakat Keluhkan Kenaikan NJOP, DPRD Kota Malang Dorong Bapenda Selesaikan Masalah
- Ibu Pembunuhan Bayi Sendiri di Situbondo Dijerat UU PA dan Pasal 338
- Residivis Emak-Emak Asal Trenggalek Dibekuk Karena Dugaan Pencurian Emas dan Uang
Dikatakan Nurhadi, penyakit yang menyerang tanaman cabai ini membuat batang pohon dan daun rusak, layu bahkan mati. Kondisi ini, tidak hanya terjadi di Trenggalek saja, melainkan para petani cabai di daerah lain juga mengalami hal yang sama.
“Ini yang menjadi pemicu harga cabai yang semakin tinggi. Karena banyak cabai yang rusak sehingga membuat pasokan berkurang, makanya harganya melambung tinggi,” kata Nurhadi.
Pria paruh baya ini mengatakan, panen cabai rawit ini biasa dilakukan setiap 2 hari sekali. Setiap kali panen, dirinya bisa memanen rata-rata 1 kwintal.
Ditanya soal upaya penanggulangan penyakit yang menyerang tanaman cabai rawitnya, Nurhadi mengaku sudah berbagai cara dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut.
“Ya kalau upaya antisipasi seperti memberi obat tanaman sudah dilakukan. Tapi kerusakan itu tetap masih ada,” tegasnya.
Cabai rawit yang dirinya tanam ini, mulai terserang penyakit sejak panen pertama di Maret kemarin. Kala itu, cabai banyak yang menghitam, daun layu hingga batangnya mengering.
Akan tetapi, tidak serta membuang cabai-cabai itu. Melainkan, dilakukan pengeringan dan dijual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram.
“Lumayan, bisa buat tambahan penghasilan. Jadi, kita tetap bisa manfaatkan cabai-cabai yang rusak itu,” papar Nurhadi.
Sementara itu, Fitri salah satu pedagang di Pasar Tradisional, mengaku jika harga cabai rawit sejak memasuki lebaran Idul Fitri. Hal ini, dikarenakan pasokan dari petani cabai menurun.
“Sekarang harga cabai rawit Rp 65 ribu per kilogram, tapi setiap hari bisa saja naik atau turun. Tergantung pasokannya,” ungkapnya. (mil/sit)
