Kota Batu
Hari Jadi Kota Batu Hadirkan Wayang Kulit dengan Lakon Seno Tani
Memontum Kota Batu – Wayang kulit dengan lakon ‘Seno Tani’ digelar dalam rangka turut menyemarakkan HUT Kota Batu Ke-22 tahun. Dimana, gelaran wayang kulit yang menghadirkan dalang Ki Tantut Sutanto, berlangsung di Pasar Induk Among Tani, Kota Batu, Selasa (17/10/2023) malam.
Pagelaran wayang kulit yang digelar Pemkot Batu melalui Dinas Pariwisata tersebut, disaksikan langsung Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai beserta Sekda Kota Batu, seluruh OPD Pemkot Batu dan Forkopimda. Bahkan, mantan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko dan Wawali Kota Batu, Pinjul Santoso, juga hadir menyaksikan gelaran wayang kulit itu.
“Kami sangat bersyukur pagelaran wayang kulit dengan lakon ‘Seno Tani’, ini digelar di posisi strategis Pasar Induk Among Tani. Kami sangat berterimakasih kepada seluruh masyarakat yang turut menyukseskan HUT Kota Batu Ke 22 tahun,” terang Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, saat berada di Pasar Induk Among Tani, Kota Batu, Selasa (17/10/2023) malam.
Tentunya, lakon ‘Seno Tani’ dari pagelaran wayang kulit ini bisa memberikan makna yang bisa dipahami masyarakat. Sehingga, ke depan masyarakat bisa lebih maju dan sejahtera. “Juga, diharapkan bisa menjaga Pasar Induk Among Tani untuk kesejahteraan bersama,” tambahnya.
Sementara itu, Ki Tantut Sutanto menjelaskan bahwa lakon ‘Seno Tani’ menceritakan keadaan negara Amarta yang dilanda kemarau panjang, yang disebabkan keserakahan manusia hingga mengakibatkan kekeringan. Keadaan itu, membuat hati Bratasena nestapa hingga akhirnya memutuskan berangkat ke hilir samudra selatan untuk mencari sumber air agar bisa mengairi persawahan di Amarta.
Di tengah perjalanannya menuju samudra, tambah Ki Tantut Sutanto, Bratasena bertemu dengan leluhurnya, Yuyu Tunggul Wulung. Leluhurnya itu memerintahkan agar Bratasena ke Hutan Wisaya, untuk menemui Baginda Khidir dan Baginda Ilyas yang dipercaya sebagai penguasa air dan tanah.
“Setelah Bratasena mendapatkan air, kemudian atas perintah Sri Kresna mengutus Arjuna pergi ke Negara Purwa Carita untuk menagih janji Sri Mahapunggung, akan memberikan Dewi Sri dan Sadana kepada kesatriya Arjuna,” ujarnya.
Baca juga :
Sementara itu, Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq, menambahkan bahwa lakon perjuangan Bratasena mendapatkan sumber air dalam lakon ‘Seno Tani’ dapat dijadikan inspirasi. Dalam konteks saat ini, diharapkan dapat memotivasi seluruh masyarakat saling berkolaborasi membangun Kota Batu.
“Maknanya tentu untuk kebaikan supaya masyarakat Kota Batu makmur dan sejahtera. Sembari menikmati pertunjukkan wayang kulit, masyarakat dapat menyantap hidangan gratis. Ada sebanyak 2.000 porsi makanan dan minuman yang kami sediakan,” ujar Arief.
Arief menyatakan, menanamkan kecintaan budaya lokal dengan seni tradisi merupakan salah satu komitmen pemerintah daerah. Apalagi perwayangan banyak kisah dan cerita yang banyak memberikan pesan moral kehidupan manusia.
“Keteladanan dari dunia pewayangan ini sangat penting untuk membangun karakter dan pilar peradaban bangsa serta perekat kebinekaan. Wayang tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga media menyalurkan pemikiran dan ketaladan lewat setiap pergelaran atau pementasan,” urainya.
Seni tradisi wayang kulit ini juga sebagai komitmen Disparta Kota Batu untuk menghadirkan destinasi budaya. Apalagi, lanjut Arief, di Kota Batu terdapat Gunung Arjuno yang secara topomini sangat identik dengan lakon pewayangan.
“Kota Batu sebagai bagian dari Indonesia tentu harus mewujudkan keanekaragaman budaya bangsa. Makanya kami berkomitmen menjadikan wayang kulit sebagai destinasi wisata utama,” jelasnya. (put/gie/adv)