Surabaya
Jagongan Wawali dan Mbak Puti Bareng Kader Lingkungan
Memontum Surabaya—Kader lingkungan menjadi bagian penting menjadikan Surabaya bersih dan hijau sehingga berujung penghargaan Adipura Kencana, bahkan penghargaan lain tingkat dunia. Kendati demikian, perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) terhadap mereka masih minim, tak ada insentif yang diberikan.
Berbeda dengan guru ngaji, ibu pemantau jentik (Bumantik), Bunda PAUD, guru sekolah minggu, modin, ketua RT dan RW yang tiap bulannya berhak atas insentif. Fakta belum adanya insentif yang diterima kader lingkungan disampaikan Wakil Wali Kota (Wawali) Whisnu Sakti Buana saat menerima koordinator wilayah (Korwil) kader lingkungan, di rumahya kompleks Pakuwon City Surabaya Timur, Sabtu (26/1/2019).
Turut hadir dalam jagongan tersebut, cucu Proklamator Bung Karno, Puti Guntur Soekarno, dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya Sukadar.
“Saya terkejut kader lingkungan tertinggal. Padahal selama ini ikut mempercantik dan membangun Surabaya, ” tandas Whisnu Sakti.
Pria yang juga ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya ini prihatin atas keluh kesah kader lingkungan se Surabaya melalui korwilnya. Menindak lanjuti keluhan, Whisnu menyebut pemkot bisa saja memberikan insentif yang jumlahnya tidak beda dengan yang sudah diterima modin, guru ngaji, bumantik. Antara Rp 100-150 ribu per bulan.
Tahun 2019 ini insentif akan diusulkan melalui Perubahan Anggaran Keuangan (PAK). Ini sebagai lanjutan pembahasan intensif antara masing-masing korwil dengan wawali.
“RT, RW dapat insentif kok kader lingkungan tidak. Yakin nanti Inshaallah perjuangkan sampean kedepan, ” tandas WS, sapaannya.
Yang akan dilakukan pemkot bersama kader lingkungan, kata Whisnu, adalah menghitung sekaligus membuat database kader lingkungan. Selain itu, mematangkan kriteria yang berhak mendapatkan.
Sebagai wawali, Whisnu menyampaikan kewenangannya terbatas. Dengan tekat kuat dia akan memperjuangkannya.
Sesuai rencana awal, ada 10 titik dari 154 kelurahan yang akan mendapatkan. Ini supaya menginspirasi kader lingkungan di wilayah lain. “Nilainya tak seberapa dengan perjuangan bapak, ibu semua. Bayangan saya, Surabaya bisa seperti ini berkat perjuangan panjenengan semua. Saya kira selama inipanjenengan sudah dapat insentif. Saya tahunya dari ketua fraksi, ternyata belum,” Whisnu menyayangkan.
Dalam pertemuan itu, Whisnu yang merupakan calon terkuat Cawali sebagaimana hasil survei Surabaya Survey Center juga ancang-ancang supaya pemkot bisa memberikan mesin cacah tiap korwil. Dan bisa dikembangkan tiap RW supaya bukan saja bisa memilah sampah, namun mereduksi serta mengolah untuk bisa menghasilkan pendapatan.
Pengelolaan melalui bank sampah. Bisa membuat pupuk kompos, atau bijih plastik hasil pengolahan sampah plastik. Bijih besi bisa diambil pabrik plastik.
Kader lingkungan menyambut antusias dan gembira penyampaian Whisnu. Bahkan menantikan dan siap mengajak Whisnu masuk dan keluar perkampungan.
Sementara itu, Puti Guntur Soekarno mengapresiasi kader lingkungan sebagai kekuatan pemenangan di luar struktur partai. Puti juga mengapresiasi peran kader lingkungan di Surabaya yang mampu mereduksi sampai hingga 5 ton per hari. Sehingga sampah yang masuk ke Lahan Pembuangan Akhir (LPA) Benowo tersisa 1500 ton per hari.
“Terima kasih ke bapak dan ibu kader lingkungan yang menjadikan Surabaya indah, ijo, asri. Yang bukan saja membuat Surabaya dapat nama di Indonesia, namun dunia,” kata Puti.
Pengalaman Puti sebagai dosen di Tokyo Jepang disampaikan untuk lebih menyemangati kader lingkungan.
Di luar negeri, kesadaran dan budaya tidak membuang sampah sembarangan sudah terbangun. Bahkan ketika usai makan, sisa dan bungkus dimasukkan tas. Sampai rumah dipilah. Tempat sampah tidak mudah ditemui di tempat umum.
“Kultur, budaya masyarakat harus diubah untuk memberi kontribusi perubahan kota. Literasi bisa menjadi salah satu cara, ” katanya.
Puti mencontohkan keberhasilan program literasi yang pernah dikawalnya di Jawa Barat. Dari program ini masyarakat baca sehingga muncul ide-ide pengembangan potensi kampung. Ada desa wisata, lembaga budaya dan lainnya yang terbentuk dari kelompok masyarakat penggerak literasi. (ano/yan)