Kota Malang

Kolaborasi Civitas Akademik Antar Negara, UMM Kupas Komunikasi Antar Budaya

Diterbitkan

-

Kolaborasi Civitas Akademik Antar Negara, UMM Kupas Komunikasi Antar Budaya

Memontum Kota Malang — Belajar yang mengenal batas. Belajar membangun komunikasi merupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat global untuk berkembang, tak terkecuali perguruan tinggi. Dalam upaya membangun konsep pendidikan kelas internasional, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga tak meninggalkan pembelajaran ini, salah satunya komunikasi antarbudaya.

Atas dasar itu, hadir empat pembicara pada gelaran “Intercultural Communication and Practices in Indonesia, Poland, India, and Ukraine” yang memberikan paparan tentang pentingnya komunikasi antar budaya untuk dapat membangun kegiatan ekonomi, politik, dan sosial di tengah kemajuan teknologi dunia. Kegiatan yang berlangsung di Aula BAU, Rabu (7/3/2018) ini merupakan rangkaian acara Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM.

Daria Goriacheva, mahasiswa asing asal The National University of “Kyiv-Mohyla Academy” Ukraina, menjelaskan, saat ini komunikasi antar budaya sudah dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya keberadaan sosial media. “Fenomena post-truth yang menunjukkan dimana keadaan dan fakta secara objektif tidak lagi terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding dengan emosi dan keyakinan pribadi. Post-truth seperti yang telah kita ketahui merupakan fenomena yang sering menciptakan kesalahpahaman dalam berkomunikasi ditengah masyarakat,” terang Daria.

Lebih dari itu, Daria juga menjelaskan tentang bagaimana penggunaan metafora dalam sebuah informasi yang disampaikan, dapat mempengaruhi kualitas komunikasi tersebut. “Dalam hal ini kita harus berhati-hati dalam memanfaatkan ‘metaphore’ dalam berkomunikasi,” tambahnya.

Advertisement

Sementara itu, Maria Anna Ochwat, dosen program internship asing asal WSB University in Poznan Polandia, berhasil menarik perhatian dengan mengajak hadirin untuk datang ke Polandia. Ajakan Maria menandakan bahwa orang Polandia adalah orang yang bangga dengan negara mereka. “Pada presentasi kali ini, saya akan mengajak anda datang ke Polandia. Perilaku ini disebut sebagai stereotype, yakni penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotype penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Mengetahui dan memahami stereotype tiap negara bisa membantu kita untuk menghindari hal-hal konyol dan menganggu dalam berkomunikasi,” jelas Daria.

Selain Daria dan Maria, pada dua sesi selanjutnya tampil Priya Rani Bhagat mahasisa asing asal Manipal University and University of Evora India, dan Widya Yutanti dosen ilmu komunikasi UMM yang menjelaskan tentang bagaimana kebudayaan dan stereotype yang dimiliki oleh India dan Indonesia. (rhd/yan)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas