Surabaya
Mahasiswa DKV iSTTS Pamerkan Fashioning Technology Wasted
Memontum Surabaya—Teknologi yang cepat berkembang seiring berjalannya waktu akan menyisihkan bentuk teknologi lama dan digantikan yang baru. Konsekuensinya, perangkat lama tidak lagi terpakai, sehingga menjadi sampah teknologi.
Disket, Compact Disc (CD) dan bahkan flashdisk yang sedikit demi sedikit mulai tergerus eksistensinya dengan penyimpanan di “udara”.
Melihat kondisi sampah teknologi yang tak terpakai dan terbengkalai, Institut Sains Teknologi dan Terapan (iSTTS), khususnya prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) menjadikan barang bekas teknologi menjadi bahan karya recycle fashion.
Hampir disetiap tahunnya iSTTS selalu mengadakan kegiatan fashion dengan menampilkan suatu karya mahasiswa muda (semester 1, red). Dan tahun ini kembali digelar dengan mengangkat tema “Fashioning Technology Wasted”, di ruang Auditorium, iSTTS, Senin (3/12).
“Sebelumnya kita pakai bungkus permen, bungkus kopi. Kalau sekarang kita lebih ke situ (teknologi, red). Jadi sampah-sampah teknologi itu lebih ditonjolkan, dan bahan utama salah satunya CD. Cuman Mereka banyak yang menggabungkan, ada yang pakai selang vacum cleaner, pakai kabel kabel, bahkan ada yang bongkar kayak game console,” kata Bonifaci Bulan, Dosen Rupa Dasar DKV.
Dosen yang akrab disapa Boni mengatakan, jika sampah-sampah yang masih tersisa cukup banyak. Pun yang sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki, ini yang menjadi menjadi sampah.
“Maka dari itu saya ngajak anak-anak (mahasiswa semester 1 DKV), tapi dalam dalam fashion. Jadi akhirnya mereka bikin fashion show di sini,” ujarnya.
Projek yang diberikan sejak pertengahan bulan September lalu, rupanya sudah menjadikan 10 karya yang siap ditampilkan dalam Fashioning Technology Wasted. Bahkan Boni meminta kepada lima kelompok untuk menyerahkan laporan keuangan. Sebab, semakin sedikit pengeluaran maka para mahasiswa DKV semakin memanfaatkan sampah teknologi.
“Cuman kalau laporan keuangannya mereka baru janji selesai setelah pameran ini. Jadi mereka sebisa mungkin enggak sampai beli barang baru itu untuk untuk bikin ini,” jelasnya.
Sementara itu, Dwitama Lingga Saputra sebagai juru bicara dari kelompok satu yang terdiri dari 11 orang ini mengangkat tema Steampunk. Dimana Steampunk ini merupakan suatu aliran science-fiction yang memadukan era mesin uap dengan masa depan.
“Jadi ada banyak gear, segala macam. Jadi tema kita itu lebih ke zaman retro atau zaman vintage dengan tema steampunk,” ucapnya.
Bahan-bahan yang digunakan dalan busana bertema Steampunk ini terdapat karton duplex bekas, karet eva untuk membuat template, juga ornamen-ornamen gear dengan memakai kardus dan karet karton duplex.
“Untuk bajunya itu juga dari jas lab bekas. Jadi semua ornamen dan bajunya diusahakan menggunakan barang bekas teknologi. Kalau biaya ada untuk cat, lem, dan segala macam untuk memadukan antara barang bekas dan fashion, ini kan agak susah. Jadi kita harus gunakan lem biar jadi satu itu pasti ada biayanya,” tutupnya. (est/ano/yan)