Kota Malang

Melalui IB, UB Sukseskan Peternak Kambing Boer Sidomulyo Pacitan

Diterbitkan

-

Program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB)

Memontum Kota Malang—Desa Sidomulyo, kecamatan Kebonagung, kabupaten Pacitan merupakan desa pertanian, dimana sebagian besar masyarakat mempunyai mata pencaharian sebagai petani sekitar 89,5 persen jumlah penduduk. Disisi lain, sebagian para petani juga memiliki ternak kambing dengan jumlah awal tercatat 76 ekor. Masuknya kambing jenis baru Boer Crossbred sejak 2012-2013, populasi kambing berkembang mencapai ratusan ekor, meski dipelihara tanpa sentuhan teknologi (reproduksi dan pakan).

Motivasi masyararakat sebenarnya tinggi, namun lambat laun timbul permasalahan yaitu kesulitan dalam pengadaan kambing jantan yang memiliki kualitas bagus. Hal ini disebabkan seiring pertambahan usia, kambing jantan yang ada mengalami penurunan kualitas. Pun dengan kualitas keturunannya melalui sperma yang dihasilkan.

Atas dasar permasalahan tersebut, Universitas Brawijaya (UB) Malang melalui Fakultas Peternakan (Fapet) dan Fakultas MIPA (FMIPA) dalam program Doktor Mengabdi, menerjunkan tim yang dipimpin oleh Dr. Ir. Agus Budiarto, MS, mencoba memberikan solusi pemberdayaan melalui sentuhan teknologi peternakan Inseminasi Buatan (IB) dan teknik Sinkronisasi Estrus sebagai upaya meningkatkan produktivitas ternak dan kesejahteraan masyarakat tani, sekaligus membuka inovasi baru ke wilayah pelosok. Tentunya, Dr. Ir. Agus Budiarto, MS tak sendiri. Bersama anggota tim yang terdiri dari Dr. Ir. Gatot Ciptadi, DESS, Dr. Ir. Moch. Nasich, MS., Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MSi., dan Dr. Dra. Sri Rahayu, MKes., serta melibatkan 5 orang mahasiswa sebagai bahan tugas akhir.

Advertisement
Jenis kambing unggulan.

“Memang awalnya tak masalah, namun terbatasnya jumlah pejantan dibanding jumlah betina, maka muncullah permasalahan pengelolaan dalam perkembangbiakan. Karena jumlah kambing pejantan yang dimiliki sangat terbatas dan sudah tua (libido rendah), sebagai akibatnya terjadi kawin sedarah (manajemen perkawinan tidak terencana dengan baik). Tentu akan mempengaruhi kualitas sperma kambing tersebut. Sebab jika sprema bagus, maka keturunannya akan bagus pula,” terang Agus.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik program Doktor Mengabdi, mereka menuangkannya melalui proposal berjudul “Peningkatan produktivitas Kambing tipe pedaging (Boer Crossbreed) melalui Teknik Inseminasi Buatan (IB) dan Teknik Sinkronisasi Estrus Di Desa Sidomulyo Kabupaten Pacitan”, dengan target sasaran Kelompok Tani kambing Rejomulyo dan Sidodadi dengan penanggung jawab H. Sunaryo dan Imam Romli, di desa Sidomulyo, kecamatan Kebonagung, kabupaten Pacitan, dengan biaya sekitar Rp 80 juta, sejak bulan Juli hingga Oktober 2017.

Melalui metode observatif, partisipatif serta aksi nyata (aplikatif), ditunjuk 2 SDM terlatih sebagai inseminator kambing, yang mampu melakukan inseminasi kambing dan sinkronisasi estrus. Sementara keterlibatan mahasiswa tingkat akhir, dapat mendata jumlah kambing dan pengamatan performans reproduksi sebagai langkah awal memecahkan permasalahan yang dialami masyarakat. Tim beranggotakan 5 dosen (kiri), dibantu 5 mahasiswa (kanan).

Beberapa permasalahan tersebut, diantaranya pada aspek breeeding dan reproduksi, serta produksi. Pada aspek breeeding dan reproduksi, yaitu belum mengenal adanya jenis kambing unggul tipe pedaging (kambing Boer) yang mempunyai keunggulan pertumbuhan cepat, belum memanfaatkan secara maksimal keunggulan/keistimewaan dari kambing dwiguna (Kambing Senduro), serta sistim perkawinan masih sistim alam (dengan pejantan) dimana pejantannya tidak terseleksi (apa adanya), sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang dalam (inbreeding) sangat tinggi.

Advertisement

Sementara pada aspek produksi, disebabkan hasil kawin inbreeding besar kemungkinannya berakibat pertumbuhannya lambat/cacat dan secara umum berdampak pada turunnya produktivitas dan reproduktivitas kambing, arah pemeliharaan kambing tidak jelas ditujukan untuk diambil susunya atau ini diperlukan kepastian, agar dapat mengoptimalkan dalam pemilihan jenis bibit dan pola pemeliharaan. Dampak ketidakjelasan ini, produksi susu tidak optimal pemasaran susu kambing terhambat.

Untuk merealisasi perumusan masalah tersebut, dapat ditegaskan permasalahan mitra sampai sekarang adalah tidak jelasnya arah tujuan pemeliharaan ternak, belum tersedia secara kontinyu bibit kambing (semen beku), masih memerlukan pembinaan/bimbingan teknis beternak, khususnya masalah “reproduksi ternak” dari pihak perguruan tinggi.

Solusinya, dengan mengganti pejantan terseleksi atau dengan cara inseminasi buatan dengan galur yang berbeda, maka alternatif yang dipilih untuk meningkatkan produktivitas ternak, diantaranya memperkenalkan kambing jenis unggul, dengan jalan pemberian penyuluan secara visual dan mengkursuskan kader/anggota kelompok sebagai inseminator kambing dan pemberian alat inseminasi. Kambing betina diperlakukan gertak berahi menggunakan hormon dengan metode dua kali injeksi (hari pertama dan diulang pada hari ke 11) menyilangkan kambing betina lokal tersebut dengan kambing pedaging (kambing Boer pure breed) secara IB (inseminasi Buatan). Menunjukkan hasil perkawinan silang dengan cara IB yang benar, dan dampak positip persilangan dilihat dari perrtumbuhannya dan performannya. Memberikan pengawasan ketat pada kambing akseptor IB yang telah di kawinkan dan kambing betina yang sudah bunting

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah Teknologi IB dan sinkronisasi berahi mudah dipahami dan diterima dengan baik, karena dapat membantu dalam pengadaan pejantan yang baru. Hasil Inseminasi pada kambing sampai siklus berahi kedua pasca inseminasi, sementara dinyatakan positip bunting. Diharapkan dari kegiatan ini Inseminator aktif dalam setiap kegiatan kelompok khususnya dalam pelayanan IB kambing. Ketua Kelompok selalu melakukan pendekatan dan mengikuti petunjukan dari instansi terkait Dinas Tanaman pangan dan peternakan Kabupaten Pacitan

Advertisement

Tak hanya sukses dalam pengembangbiakan, namun diharapkan keberhasilan lainnya dalam kontes Kambing Unggul tingkat nasional dan lokal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan maupun beberapa tempat lainnya. Pun tak hanya berhasil di Pacitan dan sekitarnya, juga di wilayah lainnya. Termasuk sekitar wilayah kampus Universitas Brawijaya, maupun kampus lainnya dengan metode kerjasama. (rhd/jun)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas