Politik
Nyalon Bupati Sebuah Panggilan Jiwa
Salah Alamat Jika Fauzi Terlalu Bernafsu Kekuasaan
Memontum Sumenep – Pentas politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumenep 2020 ini disuguhi dengan dinamika demokrasi yang semakin ciamik. Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep (Pilbup) yang kembali menghadirkan perang head to head memunculkan banyak spekulasi politik dan bahkan menjamurnya pengamat politik.
Bukan soal siapa yang berpotensi menang atau yang layak memimpin, tapi jauh dari goal ending politik itu yakni pendewasaan politik. Kesadaran publik akan pentingnya calon pemimpin masa depan manjadi sajian yang terelakkan dari panggung pilkada ini. Terlepas dari itu semua, menarik disimak majunya incumbent Achmad Fauzi sebagai calon bupati merupakan sebuah panggilan jiwa.
“Ya. Itu yang kita amati akhir-akhir ini. Sudah jadi rahasia umum jika incumbent/petahana politik maju di Pilkada menggunakan fasilitas kekuasaan itu sudah lumrah terjadi. Tapi, Pilkada Sumenep membuktikan pada rakyat bahwa Fauzi ogah memanfaatkan kekuasaannya menggunakan fasilitas kekuasaan demi sebuah kemenangan Pilkada. Maka tak salah jika Fauzi maju sebuah panggilan jiwa, kata Suhardi, juru bicara Lembaga Independen Pengawas Keuangan (LIPK) Sumenep.
Pegiat anti korupsi ini lantas menggambarkan lebih jauh sosok Fauzi dalam kontestasi pilkada Sumenep ini. Terlepas dari sengitnya pertarungan politik di Pilkada ini, ia mengajak untuk mengamati dan menilai secara arif dan bijak.
“Kenapa saya sebut panggilan jiwa karena Fauzi nyalon bupati bukan lantas terlalu bernafsu kekuasaan. Fauzi maju karena memikirkan nasib rakyat Sumenep dan harus bangkit dan maju agar rakyat makmur,” terang Suhardi.
Selama menjadi Wakil Bupati Sumenep mendampingi Bupati A Busyro Karim, banyak hal dilakukan untuk kepentingan rakyat. Paling terkini yang diperjuangkan pemerintah Busyro Fauzi sebelum berakhir masa jabatannya yakni didirikannya RS Abuya Kangayan.
Kenapa Fauzi nekat memperjuangkan pembangunan RS Abuya Kangayan? Karena dari safari/ kunjungan ke kepulauan dan berbagai aspirasi yang datang dari masyarakat kepulauan, satu hal penting diantaranya pentingnya ada rumah sakit (RS). Sebab, banyak warga pulau butuh bantuan tenaga medis dan pelayanan kesehatan intensif namun itu terkendala fasilitas kesehatan yang memadai seperti tidak adanya rumah sakit. Hanya ada puskesmas saja.
Contoh, warga pulau yang hamil dan ingin melahirkan. Banyak insiden saat dalam proses perjalanan atau di tengah laut menuju darat, belum sampai ke rumah sakit di darat, ibu yang mau melahirkan meninggal di tengah laut/ ditengah perjalanan. Fauzi selaku wakil bupati kala itu tak mau basa basi lagi. Satu nyawa rakyatnya lebih berharga dari pada proyek pembangunan. Rumah Sakit di Pulau Kangayan harus ada, kata Suhardi menirukan suara Fauzi kala itu.
Kata Fauzi kalau itu ke Suhardi, pemerintah sadar bahwa membangun rumah sakit di pulau yang memadai itu akan menelan biaya puluhan miliar dari APBD. Tapi demi rakyat, rumah sakit harus dibangun. “Apalagi selama agenda safari kepulauan, Fauzi meski masih aktif sebagai Wakil Bupati kala itu, tapi memilih tidak ikut rombongan safari. Etika politiknya perlu jadi pelajaran politik dan jelas tidak memanfaatkan fasilitas kekuasaan. Lantas siapa yang ternyata bernafsu akan kekuasaan? Tanya Suhardi mengakhiri perbincangan. (edo/ono)