Pemerintahan
Pasar Pakong Tidak Kunjung Aktif, Karena Pedagang Bandel
Memontum Pamekasan – Bangunan pasar Pakong yang sudah berdiri megah belum memberikan manfaat banyak bagi pedagang. Pasalnya, pedagang ogah pindah lokasi jika masih bertahap.
Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Disperindag Pamekasan Imam Hidajad mengatakan, penyebab terkendala pembukaan pasar pakong disebabkan karena pedagang tidak mau secara pindah ke bangunan baru secara bertahap. Pedagang maunya pindah secara serentak.
Alasannya, jika masih ada pedagang yang di belakang, pembeli dagangan menjadi sepi. Disperindag, kata Imam, belum bisa berbuat banyak lantaran kios yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan 700-an pedagang yang ada berjualan di pasar tersebut.
“Kios yang ada hanya kisaran 400. Sebanyak 300 lebih siaanya pedagang belum kebagian,” ujarnya, Selasa (14/7/20).
Kendati masih ada kekurangan kios, tanggal 22 Juli 2020 direncanakan pasar tersebut sudah dibuka. Pihaknya sudah membujuk pedagang untuk pindah ke lokasi yang baru.
Tidak hanya itu, di Pasar Pakong juga akan dibangun sekitar 200 kios. Jadi, dari kekurangan 300 kios, bisa di minimalisir. Ada sisa sekitar 100 dari 700 pedagang yang belum kebagian jika yang akan segera dibangun itu terealisasi.
“Ada anggaran Rp 2,6 Miliar untuk bangun kios dan Los disana. Dana itu berasal dari tugas pembantuan (TP) APBN Pusat,” ujarnya.
Dana itu ditaksir cukup untuk membangun sekitar 200 kios dan Los. Imam mengaku, dana TP itu awalnya bukan untuk pembangunan pasar Pakong. Melainkan untuk pembnagunan pasar Gurem, Kecanatan Kota.
“Tapi, karena di Gurem tanah kas desa (TKD) sesuai aturan Kementrian Perdagangan tidak boleh. Maka, Pakong yang memang membutuhkan kios dan Los akhirnya dipilih,” pungkasnya. (adi/yan)